Minggu, 16 Februari 2014

Titik Nol (Agustinus Wibowo)

  
Butuh satu bulan untuk membongkar isi buku Titik Nol ini, lumayan lah untuk buku yang isinya sampai kurang lebih 500 halaman. Awal beli karena penasaran sama kisah petualangan si Mas Agus, beberapa tahun lalu kisahnya sudah ditayangkan di Kompas. Jadi deh dari dulu selalu menghayal tentang kota - kota yang dilaluinya, orang - orang yang ada dinegeri - negeri yang sangat jauh dari Indonesia.
Pas ada dana (disempet-sempetin) buat beli bukunya, daripada penasarannya ntar kebawa sampe seumur hidup. Cuman sayang pas bukunya datang ngak bisa langsung baca karena lagi banyak kerjaan, jadi ditunda dulu deh rasa penasarannya..
Dari awal, tengah buku emang kerasa kita ikut menjelajah di negeri antah berantah, berasa kita ikut naik gunung Kailash, ikut sakit kuning di India, kering kerontang digurun pasir, terdengar ledakan bom di Afghanistan, dan lain sebagainya. Gak niatan buat bikin ulasan tentang buku ini jadi ya cukup sekian saya menceritakannya.
Yang mau aku share adalah beberapa kalimat yang kurasa lumayan menyentuh pikiran, terkadang juga membuat otak kita ikut berpikir kembali tentang perjalanan, impian dalam kehidupan ini, Langsung saja aku tulisan,, 
* Perjalanan sesungguhnya adalah simbol kebebasan dan kemerdekaan
* Semangat yang meredup itu memang lebih membunuh daripada fisik yang remuk redam
* Memang itu adalah jalan hidup lazim yang dipilih semua orang, Tapi AKU lebih memilih untuk mewujudkan mimpi, daripada tunduk pada realita dan kungkungan aturan - aturan. Bukankah takdir pun bisa diubah? Bukankah mimpi harus diperjuangkan?
* Ada dunia luas diluar sana, Kalau aku tak pernah berjalan keluar, aku takkan pernah lihat dunia yang luas itu. Mimpiku itu bakal menguap begitu saja, tertekan oleh realitas sehari - hari. Aku bakal jadi pemimpi yang cuma bisa mengumpati nasib
* Tapi mimpi cuma sekedar mimpi. Orang hidup itu harus berhadapan dengan kenyataan. Hidup tetap harus realistis.
 
* Perjalanan adalah ekspolari untuk menemukan dunia "lain". Perjalanan bukan hak eksklusif kalangan terbatas dari negeri - negeri terhormat. Perjalanan kini milik sejuta umat. Perjalanan itu bukan sekedar fantasi. 
* Kebebasan itu adalah kebahagiaan sejati. Kosong, tanpa beban, lepas...
* Ketakutan selalu menemani hidup. Kau dan aku takkan pernah bisa lari darinya. Dalam berbagai wujud, ketakutan selalu menghantui manusia, merupakan sahabat dari gua garba hingga liang lahat.
* Turisme adalah hubungan simbiosis dengan dilema buah simalakama. Memang turisme bawa madu berupa uang, pembaharuan, pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Namun juga membawa racun, nafsu mengeruk keuntungan, ketidakjujuran, materalisme, sifa ada uang-adasenyum, hedonisme, pelacuran, pengemis.
* Gunung dalam kekuasaannya yang menggelegar, lebih tampak sebagai musuh daripada sahabat. Manusia dengan segala keterbatasannya lebih tergambar sebagai penakluk daripada pemuja. Satu persatu puncak ditaklukkan. Meski gunung menghujam, mencekik, menampar, menendang, mencengkeram tetapi kami manusia walaupun memang sungguh kecil dan tak berarti dihadapan alam tetap melangkah maju penuh keyakinan.
* Naik gunung mudah, turun gunung susah. Keberhasilan bukanlah cuma tentang mencapai puncak, tetapi juga bagaimana menikmati pemandangan bukit dan lembah, dan juga turun kembali dengan selamat.
* Kemiskinan itu menyedihkan, cermin segala penderitaan dan ketakutan kita sendiri. Butuh keberanian untuk bertatap muka dengan kemiskinan
* Karma adalah urusan perhitungan Yang diAtas. Kasta sesungguhnya adalah garis batas sosial ciptaan manusia, yang sayangnya ikut menentukan takdir
* Kemakmuran hidup itu bagaikan ruang kosong dalam rumah. Rumah yang lapang ada barang - barang tapi tetap memberi kelegaan ruang kosong. Ruang kosong itu bukan hampa, ruang kosong itu justru harus ada.
* Otak orang berbahagia lebih merespons secara positif terhadap hal kecil dan sepele. Yang sering terlewat oleh orang lain.
* Kecantikan yang paling mulia adalah dari hati yang bercahaya
* Perasaan sejati itu tak lekang jarak dan waktu. Jarak dan Waktu memang adalah sebuah garis batas, tetapi jalinan perasaan adalah penembusnya.
* Hidup manusia begitu rapuh, semua kebanggaan itu, kekuasaan dan kekayaan itu, semua identitas dan topeng - topeng itu, bisa direnggut habis dari genggaman kita. Manusia yang lemah dihadapan kuasa semesta, kan hilang hanya dalam sekejap mata
* Masa lalu adalah sejarah, tetapi hari ini adalah kenyataan. Kita tidak bisa mengubah sejarah, tapi kita bisa berjuang untuk mengubah takdir hari esok.
* Apakah perjalanan berarti menggapai cakrawala? Semakin jauh kita melangkah, cakrawala pun ikut menjauh. Perjalanan ini takkan pernah berakhir.
* Perjalanan adalah tentang sudut pandang. Semua itu tergantung dari kacamata mana kita memandang. Perjalanan menembus zona, bukan untuk memaksakan sudut pandang kita pada mereka ataupun menelan mentah - mentah semua sudut pandang mereka. Perjalanan adalah untuk berjalan melihat berbagai sudut pandang.
* Kalaulah Tuhan yang menciptakan agama. Mengapa justru manusia saling bunuh atas namanya. Mengapa sejarah agama - agama malah penuh dengan halaman hitam perang dan tragedi
* Ini adalah kotak pandora. Agama bisa jadi rahmat semesta alam tapi agama bisa juga jadi pembunuh yang paling kejam. Agama mengajarkan cinta kasih sayang, namun karena agama pula dendam dan kebencian bisa berkorbar. Agama bisa menjanjikan damai dan keselamatan, namun bisa juga menjelma jadi tragedi penindasan barbar ketika orang - orang merasa hanya dirinyalah yang paling murni, suci dan benar.
* Joseph Stalin mengatakan, kematian satu orang adalah tragedi tapi kematian berjuta orang cuma statistik.
* Cita - cita yang tak tergapai akan bawa penyesalan, tapi penyesalan itu justru lebih menyiksa kalau sudah menyerah sebelum kalah.
* Keluarga adalah bagian hidup yang paling privasi, karena disitu ada realita hidup paling hakiki. Setiap keluarga punya kitab yang sulit dibaca. Keluarga memang menyimpan kebanggaan, keamanan, perlindungan, cinta kasih tetapi juga terpendam skandal, egoisme, konflik, kemelut, amarah, pertengkaran, kecemburuan dan air mata.
* Terbang, terbanglah tinggi. Pergi, pergilah jauh - jauh kenegeri dibalik lautan. Gapai, gapailah semua mimpimu yang tergantung diangkasa sana
* Tuhan menghadapkanmu dari satu perasaan ke perasaan yang lain. Dia mengajarkan dirimu dengan pertentangan yang saling berlawanan. Sehingga kau akan punya dua sayap tuk terbang, bukan hanya satu.
* Ketika ia mengecap diri sebagai paling berani, seberapa kuat ia mengakui kerapuhan hati menghadapi ketakutan akan ketidakpastian masa depan??
* Perjalanan adalah realita pahit. Ada perpisahan, penantian, ada janji dan harapan, ada derita air mata rindu yang disembunyikan, ada mimpi yang berujung pada kekecewaan. 

Gimana gak banyak, bukunya aja ada 500 halaman....
Ini bukan novel yang menyajikan fantasi sang penulis, bukan novel yang kalimatnya dirangkai romantis.. Buku ini mengajarkan tentang perjalanan, bagaimana kita harus berjuang bermimpi, bagaimana memandang Tuhan, alam semesta, agama, orang lain, keluarga dan diri sendiri. 
Pertanyaan yang muncul setelah kubaca Titik Nol ini adalah "kapan aku memulai perjalanannya, kapan aku memulai tuk melangkah dari titik nol ku??? "


 

Senin, 03 Februari 2014

Indomie Taste of Asia

Tahun 2013 lalu Indomie mengeluarkan varian baru.. TASTE OF ASIA, dilihat dari konsepnya sih Indomie mencoba menawarkan rasa rasa makanan Asia untuk lidah Indonesia sendiri,, Varian baru terdiri atas 3 macam rasa Laksa Singapura, Bulgogi Korea, dan Tom Yam Thailand.. Berhubung saya tidak suka Tom Yam ya tidak jadi beli deh,,, (ngak objektif banget nih ...)
 
 
Laksa Singapura
Aku belum pernah makan Laksa asli dari Singapura, makanya ngak bisa membandingkan dengan yang aslinya, tapi kalau Indomie Laksa Singapura sih lumayan lah,,, cocok juga dilidahku sebagai orang Jawa. Meski rasanya tidak terlalu pedas seperti dilihat di bungkusnya, (dibungkus kuahnya merah kaya banyak cabe, ternyata ngak begitu pedas...)

 Bulgogi Korea
Kalo yang ini idaman gue,, enaaaakk juga, ada wijennya dan ada irisan daging sapi bulgoginya, meski tetep ngak berasa kalau dibanding dengan bulgogi yang asli. Tapi lumayan lah rasa bumbunya sudah mewakili dari bulgogi, kalau soal mienya, baru ngerasaan mienya Indomie berbeda dari yang lain,, lebar - lebar gitu..

Secara keseluruhan sih, varian baru Indomie ini ngak mengecewakan,, rasanya memang berbeda dengan Indomie yang sudah ada, dan memang mewakili dengan selera Asia. Harus dicoba bagi yang belum mencobanya,,, buat selingan aja daripada makan Indomie Goreng atau Indomie Ayam aja. Daripada penasaran sama iklannya yang syutingnya aja di Korea sana..

Tulisan ini sudah numpuk dari kemarin - kemarin di draf, tapi baru sekarang baru bisa dipublish... (biasa lah si mood sedang pergi entah kemana, :)