Kamis, 31 Desember 2015

Tahun Baru (Lagi)

 
Dan tahun baru kembali terulang, 
Bagaikan matahari yang fajar dan senjanya teramat cepat

Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang menghitung hari, semua hari dijalani seperti itu adanya, dinikmati saja tanpa harus mengejar impian secara berlebihan. Memang terkadang ada pikiran untuk mengejar impian itu dengan cepat namun sering kali semangat itu kembali meredup dan kembali menjalani hari secara biasa lagi. 

Dan sepertinya di tahun 2016 ini saya harus merubah itu semua. Impian itu harus dikejar, apapun keadaannya, bukan sekedar angan-angan tetapi harus diwujudkan. Benturan dengan kenyataan memanglah pahit tuk dijalani, apalagi bila lingkungan sekitar pun tidak mendukung. Tapi bukankah hidup saya adalah milik saya, bukan milik mereka, dan sayalah yang berhak mengatur laju hidup saya ini.

Minggu, 27 Desember 2015

Purbasari (Wisata River World)

 
Dua pekan diakhir tahun adalah waktu yang pas untuk berlibur. Mulai dari 24-27 (Maulud Nabi, Natal, dan cuti bersama) dan 31-3 (libur tahun baru dan hari kejepit #maksa). Ada beberapa tempat liburan di Purbalingga yang layak direkomendasikan, dan beberapa yang masih sangat perawan belum terjamah oleh tangan pemerintah, ada juga yang harus diperbaiki disana sini biar tidak mengecewakan pengunjung yang datang. Salah satu perjalanan diwaktu lalu adalah gualawa-kebun strawbery (PBG) 
Kabar terakhir yang terdengar kawasan kebun strawbery dalam proses renovasi dan dibangun semacam patung (mungkin sebagai tanda atau ikon dari kawasan wisata tersebut). Kabupaten Purbalingga memang mulai melirik untuk mengembangkan potensi wisata. Semoga makin bagus dan makin banyak pengunjung yang datang ke Purbalingga.

Harapan (Teruntuk) Kota Purbalingga


Tulisan ini terlambat dipublish, meski sudah jadi dari minggu lalu tapi faktor ini-itu menjadi penyebab gagalnya tulisan ini keluar. Daripada dibuang begitu saja dan meski sudah terlambat, semoga masih diberi kesempatan untuk berbagi..

Minggu lalu, tepatnya 18 Desember 2015 kabupaten Purbalingga merayakan hari jadinya, 185 tahun yang lampau dibentuklah kabupaten  yang merupakan tetangga dari Banyumas, Banjarnegara dan Pemalang. Yang ingin tahu lebih lanjut tentang Purbalingga silahkan berkunjung ke (/http://www.purbalinggakab.go.id/) (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga).

Pertama, selamat ulang tahun tempat kelahiranku, diusiamu yang sudah tua ini semoga menjadi tempat yang bisa dibanggakan bagi masyarakatnya, yang nyaman untuk ditinggali, kabupaten yang bersih dan sehat, kabupten yang berkurang jumlah penganggurannya, kabupaten yang ramah bagi pelancong dan penikmat wisata, dan semua yang terbaik untuk kabupaten kecilku ini. 

Sedikit harapan dari seorang penduduk kota tercinta ini. Purbalingga memang sudah teramat berkembang bila dibandingkan dengan 185 silam. Dengan bertambahnya usia, kemajuan teknologi dan meningkatkan kualitas SDM tentu banyak hal yang kian meningkat.

 
Diusianya yang sudah satu abad lebih (lebih 85 tahun) semoga tingkat pelayanan kesehatannya makin dimudahkan dan memuaskan, makin banyak masyarakat Purbalingga yang sehat dan menjalani hidup sehat serta makin lengkap fasilitas kesehatan yang ada hingga kita tak perlu lagi ke RSUD Margono.
Kualitas sekolah juga semoga makin meningkat, makin banyak lulusan yang benar-benar siap kerja, yang bukan hanya menambah angka pengangguran. Semoga ditahun yang akan datang ada pihak yang mendirikan Universitas di Purbalingga, jadi bisa kuliah di kota sendiri.
Ekonomi pun makin membaik, semoga dimudahkan urusan birokrasi dan keuangan bagi mereka yang ingin berwirausaha. Ketersediaan bahan pokok yang cukup hingga tidak mengakibatkan harga barang-barang naik dan berakhir pada masyarakat yang resah

Semoga mereka yang duduk diatas kursi 'yang terhormat' pun bisa bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak hanya rapat-rapat tak jelas yang menghasilkan peraturan yang tak jelas juga manfaatnya untuk masyarakat Purbalingga. Semoga mereka yang salah bisa diperlakukan dengan semestinya, bukan malah diberi kesempatan untuk mengelak dan berkata kalau mereka benar. Salah = salah dan benar = benar, apapun itu, siapapun mereka.


 
Semoga kota Purbalingga merupakan kota yang ramah dan nyaman, bukan hanya untuk masyarakat tapi juga untuk alam sekitar. Berharap alam Purbalingga diperlakukan dengan baik, jangan ada eksploitasi yang berlebihan, baik itu disungai, hutan maupun gunungnya. Semoga wisata Purblingga pun dilirik oleh pemerintah dan mulai dibenahi sepenuh hati.

  
Tempat-tempat umum dapat dimanfaatkan dengan benar dan dijaga.  Digunakan untuk hal-hal yang semestinya, bukan untuk hal yang berada disisi negatif. Dan harapan besar bila di Purbalingga dibangun sebuah bioskop.

Dan harapan-harapan lain tentang kota ini. 
Semoga masyarakat dan pemerintah Purbalingga bisa bekerja sama untuk saling mengisi dan saling membangun kota ini. Terima kasih kota Purbalingga, telah menyediakan ruang bagi kehidupankui, telah memberikan kesempatan untuk bertempat tinggal dan  memberikan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan.
 
Terimakasih sudah berkunjung
Salam hangat dari kota Purbalingga. 

Jumat, 25 Desember 2015

Cerita di Hari yang Libur (Nasional)

  
pencarian
Hari itu 
Saat mentari dengan malas keluar, awan pun menjadi kelabu
Meski malam tak lagi berjejak, dan ini bukanlah di ibukota yang penuh sesak
  
Sama seperti malam yang pergi, demikian dengan bunga
Bila kemarin telah mekar, tapi tidak pagi ini, dia kan layu, jatuh dalam peluk tanah
Berganti dengan yang lain, yang masih membara semangatnya
Untuk hari ini..

Jumat, 18 Desember 2015

Jawa (Pudar)

 
Berawal dari petikan pengajian di Masjid yang mengatakan, 'orang Jawa telah hilang Jawanya'. Kalimat ini tersimpan dalam memori untuk beberapa saat, selalu muncul saat sepi itu ada, saat sendiri kembali berada (bingung saya dengan ungkapan barusan.

Kembali ke 'orang Jawa telah hilang Jawanya', sepertinya kalimat ini benar adanya. Apalagi untuk keadaan sekarang, orang-orang yang hidup di era modern, berbaur dengan orang dari ribuan suku di dunia, dengan bahasa, kebiasaan, adat, dan pemikiran yang tentunya berbeda-beda juga.

Orang Jawa itu bukan hanya orang-orang yang mendiami pulau Jawa tetapi juga orang yang tinggal diluar pulau Jawa tetapi mereka berasal dari pulau Jawa. Di pulau Jawa sendiri terdiri dari 3 golongan besar suku, yaitu Sunda (Jawa Barat), Jawa (Jawa Tengah), Tengger, Osing (Jawa Timur), dan puluhan sub suku yang merupakan pecahan dari suku besar tersebut. Orang Jawa yang pergi ke suatu tempat diluar Pulau Jawa dan kemudian mempunyai keturunan pun masih disebut dengan Orang Jawa.

Sebagai orang Jawa (bertempat tinggal di Jawa Tengah dan mempunyai leluhur orang Jawa murni) saya sendiri mengakui telah mengurangi rasa ke-Jawa-an. Apa itu ke-Jawa-an? Apa tolak ukurnya? Siapa yang menilai? Entahlah?

Sabtu, 12 Desember 2015

Gerimis Disuatu Senja



Gerimis di suatu senja

Diluar gerimis belum reda
Sama seperti luka ini yang belum juga reda
Saat rintih hujan perlahan menetes
Ketika itu pula secuil kenangan kembali meretas
Dari balik kesepian.

Senja tetaplah diujung barat, selama dunia belum kiamat
Dan hujan masih menyisakan gerimis, 
Jingga berusaha menerobos awan kelabu, meski tak mampu
Menyisakan sinarnya diujung 
Senja dan gerimis mencoba tuk bersatu

Adakah luka akan memudar
Seperti senja yang semakin larut dalam gerimis, dan berakhir pada gelap malam
2 Desember 2015


Selepas turun hujan 

Buram, kaca berselimut tetes hujan
Dimana-mana ada air dalam kubangan
Bak dosa manusia,

Hujan lebat telah lewat
Meninggalkan tanah basah, menyisakan pesta halilintar, menghapus debu dan menyejukan para daun
Orang-orang lalu lalang, payung bagai lolipop pelangi
Dan mantel berkibar, diiringi bising motor
Sementara tukang becak masih setia dengan mantel plastik dan tudung bambu

Aku???
Hanya menikmati semua..
19 November 2015


 
Masih hujan

Diluar hujan deras
Ingin menari dibawahnya
Langit mendung
Matahari pulang dengan lekas

Langit penuh kelabu
Hujan tak juga menghilangkan warna abu-abu

Tanah basah
Perlahan menyerap karunia alam
Dedaunan bersih
Debu kotor telah terjatuh

Mungkinkah dosa manusia akan luruh
Layaknya hujan membersihkan sebuah pohon
17 November 2015






Hujan kembali

Hujan kembali mengalun
Berirama dengan jiwa yang dingin
Berhembuskan angin malam
Menembus celah sunyi kelam

Hujan kembali datang
Seribu cerita akan terbawa
Hujan kembali pulang
Menimpa bumi yang resah

Hujan kala malam
Bulan pun mengalah
Apalagi bintang kian pasrah

Hujan telah kembali
8 November 2015

Selasa, 01 Desember 2015

Aku, Cerita dan Seseorang

Jarang nulis tentang keluarga dan kehidupan pribadi, karena itu bukanlah hal yang tertalu menarik. Tapi belakangan rasanya ingin menulis tentang seorang yang teramat berarti dalam hidup. Tapi tak tahu harus dimulai darimana, entah dimana awal dan akhirnya.


Dari beliau mengalir cerita-cerita jaman dahulu. Mulai garis keturunan yang sampai sekarang saya gak hafal, beragam makanan yang gak akan pernah saya makan, kisah hidup masa lalu yang sangat berat tapi kadang dirindukannya lagi sampai tempat-tempat yang dulu ada tapi sekarang gak ada lagi.

Siapa dia??? Jawabannya nanti saja diakhir tulisan ini.
Otak ini langsung berjalan lambat kalau beliau sudah bicara mengenai silsilah keluarga. Kalau sebatas kakek-nenek saya masih bisa paham, tapi kalau sudah diatasnya saya menyerah. Begini kata beliau, ayahnya nenek saya menikah dengan si A lahirlah nenek saya dan saudaranya. Karena pekerjaannya seorang tukang slender (bahasa jawa untuk tukang aspal jalan) yang suka kemana-mana jadi punya istri dimana-mana. Nah disinilah letak rumitnya menghafal pohon keluarga tersebut, si istri B punya beberapa anak, istri C juga sama punya beberapa anak ditambah anak dari suami sebelumnya. Belum lagi si ayah nenek saya ini juga punya kakak dan adik, dan seterusnya. Nah, bingungkan ngapalin tingkatan sebutan yang benar.
 
Soal sebutan juga rumit (dalam tradisi kami sebutan untuk keluarga besar dinamakan juga "pernah"). Sebutan sebetulnya tidak memandang umur, pangkat, kekayaan atau pekerjaan, tapi dijaman sekarang dimana segala sesuatu diukur dari materi, panggilan pun berubah. Contoh, saya harus memanggil kakak dari ibu dengan sebutan pakde, dan bagi istrinya budhe. Tapi ada satu kasus, saya memanggil anak dari budhe saya dengan sebutan ibu (seharusnya kak atau mba) karena dia seorang guru, punya suami seorang lurah dan umur yang lebih tua. Meski sudah mulai termakan jaman, tapi masih ada segelintir orang yang menghargai "pernah" ini, dan tak memandang umur, pangkat, jabatan, dan harta ia masih menghargai orang yang lebih tua dalam susunan keluarga besarnya.

Perbedaan jaman membuatnya terkadang bingung dengan kecanggihan era sekarang. Seperti soal toko online, beliau bilang enak banget gak perlu kemana-mana barang udah nyampe dirumah. Padahal dulu katanya, dia harus jalan kaki hingga ke desa tetangga untuk beli kebutuhan rumah tangga seperti minyak tanah, garam, panci, dan lainnya. Sering kali beliau memandingkan fungsi dari benda jaman sekarang dan dahulu. Cerita beliau, dulu belum ada plastik, kalau beli minyak goreng harus pake botol beling yang berat, beli gula pasir juga dibungkus kertas, mau bikin nasi jagung harus rela berjam-jam menumbuknya gak kaya sekarang tinggal ke tempat penggilingan. 
Demikian perbedaan makanan, sekarang banyak pilihan makanan instan yang cepat dibuat. Dari mie, bubur, kopi, roti, nuget, sosis, hingga jus buah. Lah dulu, cuma ada jagung rebus, ketela goreng, sampe tempe bungkil. Kata beliau, dengan adanya makanan yang cepat saji dan beraneka macam ini maka makin banyak penyakit yang aneh-aneh pula. Bener juga sih pemikiran beliau.

Dulu beliau menghabiskan waktu bermainnya di sawah, sambil membantu memanen padi. Nah sekarang, anak-anaknya baru mau pergi ke sawah udah dilarang sama ibunya, yang katanya kotor, ada kumannya, takut tersesat, kalo ujan takut kena petir. Akhirnya sianak main dirumah, main diwarnet, cuma kenal sama dunia maya yang makin menyesatkan. Jaman sekarang pohon-pohon tak lagi ditanam, sekarang manusia menanam rumah dibumi ini. Gak ada lagi pohon jambu yang bisa dipanjat rame-rame, gak ada lagi rimbunan pohon bambu yang terkadang membuat anak-anak ngeri takut ada lampornya.

Dan yang paling dirindukan adalah orang-orang dari jaman beliau. Satu per satu mereka pergi untuk selamanya, tergantikan anak-cucu. Pelan tapi pasti semakin menyusut, teman hidup, orang tua, saudara, kerabat, teman bermain, kenalan berpindah pada dimensi yang abadi. Hanya lewat bunga tidur mereka bertemu, dan kenangan akan mereka kembali menggodanya.

Dari beliau saya ada, saya belajar, bukan tentang A,B atau perkalian saja tapi mengenai kehidupan sejati. Belajar menyikapi berbagai karakter orang, belajar menghargai tumbuhan dan hewan, belajar berlindung dari hujan dan angin, belajar menyelesaikan masalah hidup yang tak kunjung berhenti, dan terus belajar untuk hidup. 

Terkadang saya marah, kecewa, sedih akan sikap beliau yang sering kali tak terpikirkan oleh pemikiran saya, tapi saat melihat bayangnya kembali saya kembali belajar. Entah dengan apa saya membalas ilmu-ilmu yang sudah melekat dalam ingatan dan hidup, hanya berusaha menjadi apa yang terbaik baginya. 
Tulisan ini saya buat untuk mama saya. Beliau gak akan pernah membaca tulisan ini, dan saya pun tak akan pernah mengatakan pada beliau. Biarlah ada sedikit rahasia diantara kami. Maafkan anakmu ini yang sering ngeselin, suka tanya ini itu, terkadang melakukan sesuatu sesuka hati, masih sering berontak, dan segala kelakuan melenceng anakmu ini. Seberapapun keras saya mencoba untuk menjadi anak baik tetapi rasanya masih saja ada celahnya.

Terimakasih ma, for everything 

Dan terimakasih untuk pembaca sekalian yang sudah membaca tulisan lebay ini. Salam dari kota kecil Purbalingga, terkirim salam pula dari hujan yang tiap hari datang.. 

Sabtu, 28 November 2015

Eksibisi SMK 2015



Meski acara ini tidak hanya diisi oleh SMK tapi juga dari SMA dan kearifan lokal lainnya, tapi berhubung saya alumni SMK maka yang saya bahas tentang dunia SMK saja. Pameran ini dilaksanakan kemarin (25-27 Nov) di GOR Goentoer Darjono Purbalingga. Ditujukan untuk para siswa SMP di seluruh Purbalingga (biar semangat nerusin sekolah daripada masuk pabrik bulu mata). 

Dan ternyata yang ikut pameran ini cukup banyak, sayang gak ngitung total ada berapa sekolah yang ikut promosi. Masing-masing sekolah menampilkan keunggulannya masing-masing. Misal dari SMK N 1 Bojongsari, mereka punya jurusan Tata Boga maka ditampilkan siswanya yang sedang masak dan beberapa contoh hasil makanan. 

 SMK Soedirman, sekolah kejuruan khusus kesehatan.
 
SMK N 1 Kutasari, bidang otomotif.



 SMK YPLP, mereka buka jurusan otomotif, pengelasan, dll.


 




SMK YPT 1, juga otomotif, teknik kendaraan ringan

SMK Penerbangan, termasuk yang berkembang pesat.

SMK Widya Manggala, otomotif, akuntansi, multimedia.

SMKN 1 Bojongsari, Tataboga.


SMK N 3 Purbalingga, ini sekolah baru, tapi dilihat dari produknya kreatif dan unik.

SMK N 2 Purbalingga, punya jurusan pertanian, perikanan.

SMK N 1 Purbalingga,  yang paling tua di dunia SMK Purbalingga, buka jurusan Akuntansi, Penjualan, Sekretaris, Teknik Komunikasi dan Jaringan, Rekayasa Perangkat Lunak. (hafal semua karena dulu mantan murid)



SMK Muhammadiyah 3 Purbalingga, baru dua jurusan Perbankan Syariah dan Farmasi, sekolah ini juga berkembang pesat apalagi sudah punya gedung sendiri.



Pertama, maafkan bila tulisan ini tidak secara mendetail, karena waktu yang mepet jadi gak sempet nanya-nanya dan juga karena penuuuuuh,, banyak banget anak-anak SMP, buat ngambil foto aja susah. 

Semakin banyaknya sekolah SMK menjadi sebuah pilihan bagi anak-anak SMP yang hendak meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Kenapa pilih SMK??? Yang saya dapat dari sekolah ini dan mungkin tidak disekolah lain (SMA) pinter dalam urusan 'ketak-ketik bikin laporan, menulis sepuluh jari dan dapat ilmu sesuai jurusannya (kalau di Akuntansi ya bisa bikin laporan keuangan, tau tentang FIFO/LIFO, ngitung pajak penghasilan, dan lainnya, kalau temen saya di Teknik Komputer dan Jaringan tau lebih banyak tentang perbaikan komputer, jago bikin wesite, dan dunia per-komputer-an).

Yang terpenting kalau mau nerusin sekolah di SMK adalah udah tahu mau kerja dan minatnya di bidang apa. Kalo dari SMP udah jago di komputer ya mending pilih jurusan komputer, kalo suka ngutak-atik motor ambil otomotif, kalo punya cita-cita kerja di bank tinggal ambil Akuntansi, mau jadi chef pilih jurusan Tata Boga, punya bakat bikin baju pilih Tata Busana. Dan dalam memilih jurusan itu jangan karena terpaksa, karena yang dilakukan dengan terpaksa itu hasilnya pasti kurang memuaskan. Kalau orang tua belum setuju, ya tinggal dibicarakan lagi dan lagi. 
 

Jangan khawatir kalo lulusan SMK gak bakal bisa kuliah, justru kalo anak SMK melanjutkan kuliah sesuai jurusannya maka ia akan lebih ahli. Misal dari Akuntansi dan kuliah di jurusan tersebut maka udah punya ilmu-ilmu dasarnya. Tapi gak masalah juga kalau anak SMK kuliah di lain jurusan (seorang teman SMK di jurusan otomotif, dia kuliah di keperawatan) tapi dia harus belajar dari awal dan ilmu dari SMKnya gak kepakai (tapi kalo urusan bikin laporan ia lebih jago dibanding anak-anak dari SMU).

Tulisan ini bukan untuk mengesampingkan sekolah SMA tapi hanya sebagai opini dari salah satu alumni SMK. SMA pun punya keunggulannya masing-masing. Maaf juga gak semua SMK yang ditampilkan diberi keterangan yang lengkap, kurang data disana-sini. Mungkin dilain waktu bila ada pameran SMK lagi bisa dibahas lebih dalam. Untuk panitia pamerannya juga jangan hanya beberapa hari tapi satu-dua minggu biar waktu kunjungannya gak berdesak-desakan, kan lebih enak buat keliling cari informasi.


Terimakasih sudah berkunjung dan membaca sedikit cerita dari saya.
Salam hangat dari kota kecil di bawah gunung Slamet.

Dan sebagai anak sekolah kita gak boleh lupa 
untuk jajan dan naik angkot

Sabtu, 14 November 2015

Anak-Anak (SEKARANG)




Gerombolan mereka, dengan bising dan tawa yang tak jelas
Mudah mengungkapkan perasaan dan perkataan yang tak pantas
Tak memandang waktu, tempat apalagi perasaan orang lain

Mereka yang lahir ditengah gencatan tehnologi
Bukan lagi perang berdarah dengan senjata bambu runcing
Kini strategi kian licik, tak lagi terlihat secara jelas, kasat mata
Bukan lagi mati karena parang ataupun pedang 
Kini menikam pada moral dan berujung kehidupan yang kian maya



   

Siapa lawan, siapa kawan
Kotak-kotak musuh kini membaur, bersama udara yang merebak kesegala penjuru
Siapa korban, siapa tersangka
Bayang-bayang hitam tak terkenali wajahnya, bertopengkan kemajuan 

Anak SD kini sudah kenal apa itu pacaran
Sering berkata galau jika melihat teman lelakinya jalan dengan perempuan lain
Pandai bermain FB, Twitter, dan buka Youtube, (tak jarang untuk buka situs porno)

Anak SMP sudah mulai merokok dan pakai heels
Bagai manusia dewasa dan melewatkan transisi remaja
Tak lagi tersipu malu saat menerima surat cinta, kini tak lagi tulis puisi, cukup kirim pesan lewat BBM

Anak SMA tak jarang sudah mengemban seorang anak kecil
Lupakan hapalan pelajaran Sejarah, ingat kapan harus beli susu 

Beginikah aku hidup, melihat semua anak-anak kecil itu bertingkah bagai orang dewasa
Haruskah kusalahkan kemajuan peradaban, kusalahkan penemuan teknologi yang mendekatkan mereka yang jauh, memudahkan apa yang sulit
Kenapa mereka begitu mudah terbujuk racun teknologi, mereka menggunakan pintu yang tak tepat diwaktunya
Ah, aku yang bingung sendiri

Sabtu, 07 November 2015

Aku, Hujan dan Kemarau

 
Kemarau telah melangkah diujung jalan
Dia masih berdiri sambil menatap jejaknya, meski telah tersapu hujan
Debu yang mengiringinya telah menguap, matahari yang menjadi kawannya kian terhalang awan gelap, dan tukang es yang setia menunggunya mengemasi dagangan

Manusia-manusia kini tak lagi mengeluh tentang panasnya udara
Tak lagi menyalahkan matahari yang menyengat dan debu yang menyakitkan mata
Manusia-manusia kini sedikit mengoceh, tentang atap yang bocor, tiupan angin yang kencang, dan pesta petir yang tergelar dilangit
Kini salahkan hujan yang datang dengan derasnya dan hawa dingin yang menggigit
Dan hati manusia memanglah penuh teka-teki

 
Bunga-bunga kian berseri, demikian pula rumput, terlihat menyegarkan, seperti mendapat rohnya kembali
Tanah menjadi basah, kini ia siap menyesap setiap air hujan yang menimpa, menjadikannya coklat lagi
Air gunung tetaplah segar, meski kemarau menyusutkannya tapi hujan telah menambahkan jutaan titik-titik penuh arti
Dan asap, kembalilah pada pekat awan dan meleburkan diri menjadi hujan ini

Aku tak membenci hujan, karena hujan tak kan pernah membuatku patah hati
Aku mencintai kemarau, karena kemarau memberiku belahan makna
Hujan dan kemarau tak pernah bertengkar, karena aku hanyalah menerima
Aku, hujan, dan kemarau hanyalah bagian kecil dari sebuah dunia
  

Terima kasih sudah berkunjung dan menyempatkan membaca sedikit isi hati ini.
Selamat menikmati datangnya hujan dan selamat jalan kemarau,,