Sabtu, 07 November 2015

Aku, Hujan dan Kemarau

 
Kemarau telah melangkah diujung jalan
Dia masih berdiri sambil menatap jejaknya, meski telah tersapu hujan
Debu yang mengiringinya telah menguap, matahari yang menjadi kawannya kian terhalang awan gelap, dan tukang es yang setia menunggunya mengemasi dagangan

Manusia-manusia kini tak lagi mengeluh tentang panasnya udara
Tak lagi menyalahkan matahari yang menyengat dan debu yang menyakitkan mata
Manusia-manusia kini sedikit mengoceh, tentang atap yang bocor, tiupan angin yang kencang, dan pesta petir yang tergelar dilangit
Kini salahkan hujan yang datang dengan derasnya dan hawa dingin yang menggigit
Dan hati manusia memanglah penuh teka-teki

 
Bunga-bunga kian berseri, demikian pula rumput, terlihat menyegarkan, seperti mendapat rohnya kembali
Tanah menjadi basah, kini ia siap menyesap setiap air hujan yang menimpa, menjadikannya coklat lagi
Air gunung tetaplah segar, meski kemarau menyusutkannya tapi hujan telah menambahkan jutaan titik-titik penuh arti
Dan asap, kembalilah pada pekat awan dan meleburkan diri menjadi hujan ini

Aku tak membenci hujan, karena hujan tak kan pernah membuatku patah hati
Aku mencintai kemarau, karena kemarau memberiku belahan makna
Hujan dan kemarau tak pernah bertengkar, karena aku hanyalah menerima
Aku, hujan, dan kemarau hanyalah bagian kecil dari sebuah dunia
  

Terima kasih sudah berkunjung dan menyempatkan membaca sedikit isi hati ini.
Selamat menikmati datangnya hujan dan selamat jalan kemarau,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar