Minggu, 27 Oktober 2013

Undangan Tanpa Nama#4

"kau tak datang akan kubatalkan semua ini, tak peduli dengan calon bayi yang bukan milikku.. "katanya
Masih saja kata - kata Anjar terngiang dikepala, dari kemarin hal ini terus saja berada dikepalaku, seolah tak mau pergi dan tergantikan oleh pikiran yang lain.Berulang kali kuyakinkan pada diriku sendiri untuk tak lagi memikirkan Anjar lagi, namun berulang kali pula ada rasa penasaran akan kata - kata Anjar tersebut.
Hampir hari mingguku ini tak terisi oleh kegiatan apapun, lari pagi atau sekedar bersepeda keliling kota pun tak kulakukan. Hanya terdiam saja dalam kamarku yang selalu setia menemaniku dalam kesendirian ini. Bahkan kubiarkan saja ibuku yang sedikit marah - marah gara anak perempuan satu - satunya ini sangat malas dihari minggu ini. 
"itu cucianmu tinggal dijemur tang" teriak ibuku dari luar kamar "ibu mau pergi ke pengajian di masjid,, kamu jangan lupa dijemur nanti" lanjutny lagi
"iya" jawabku pelan
"jangan lupa dijemur" kata ibuku mengulanginya
Aku terdiam, tak kujawab perintah ibuku, toh nanti kan kujemur, 'entah kapan' kata ku pelan. Aku masih saja bergelung ditempat tidurku yang nyaman, kutarik kembali selimut tuk menutupi tubuhku. Meski tak ada rasa kantuk tapi rasa selimut yang menutupi tubuhku membuatku sedikit nyaman.
'kalau benar kata Anjar, kenapa ia harus tanggung jawab' kataku dalam hati
'udah lah itu bukan urusanmu' suara dari sebrang hatiku yang lain
'bukankah masih ada sedikit rasa untukku, bukankah kau masih merindukannya' bela separuh hatiku
Tak bisa kupungkiri, walau telah lama Anjar menghilang, tapi masih saja ada sedikit perasaan untukknya, masih saja belum bisa kulupakan segala kenangan tentangnya. Setelah sekian lama waktu berjalan, aku hanya mampu berpura - pura dalam pelupaan tentang Anjar ***
"lho beneran hari ini ngak masuk gara - gara mau ke kawinannya Anjar" kata mba Intan disebrang sana
"iya mba, tolong titip absen ya" kataku sambil mengecek kembali isi tasku
"yakin datang" katanya
"aku hanya datang mba, ngak ada niatan tuk merusak acaranya" kataku "sebagai teman" akhirnya ada kata yang pas yang dapat kujadikan alasan
"perasaanmu?" tanyanya lagi
"tenang aja, sudah tutup pake lakban" candaku
"ntar jangan nangis ya.."
"kenapa harus nangis, emang bayi nangis pengen susu" tantangku
"sekarang aja bisa ngomong seperti ini, kita lihat besok apa masih bisa becanda lagi" katanya
"doain aja mba"
"okey, ya udah sana siap - siap, dandan yang cantik biar Anjar nyesel salah pilih" pesan mba Intan sebelum menutup telfonnya***
 "lama ngak ketemu tang, kemana aja??" sapa Ayu ketika bertemu di pelataran rumah Anjar
"perasaan disini saja ngak kemana - mana, dirimu tuh yang pergi jauh ke Jepang, ngapaian balik sih?" godaku
"masih seperti dulu yah, suka godain orang lain" katanya sambil tersenyum
"bukannya enak di Jepang?" tanyaku lagi
"tapi kangen sama yang disini" jawabnya "tapi ngak termasuk lo tang"
Belum sempat kumembalas candaannya kami sudah disambut beberapa teman lama yang ikut hadir dalam ijab kabul Anjar. Rasanya kembali ke jaman dahulu, ketika masih berseragam putih abu - abu, hal - hal konyol yang dulu terjadi sekarang malah jadi bahan pembicaraan yang seru. Hampir semuanya mengalami perubahan meski sifat dasar mereka masih melekat sama seperti dulu.
"tang, bareng dimobilku ya" kata Anjar sambil menarik lenganku
"tapi...
"cie,, cie,,, kesempatan terakhir sebelum kawin nih" ledek Adit
Anjar hanya tersenyum mendengar ledekan dari yang lainnya juga. Mungkin memang saat inilah waktu yang tepat untuk meluruskan segalanya sebelum peristiwa besar yang kan merubah hidupnya nanti.
"bapak sama ibu?" tanyaku ketika sudah didalam mobilnya
"mereka didepan bareng mba Fera" perlahan ia melajukan mobilnya, mengikuti iringan mobil - mobil lain yang sudah berjalan lebih dulu
"sekali lagi gue minta maaf tang" katanya membuka pembicaraan
"udahlah, toh semua udah berlalu"
"satu hal yang mesti lho tahu, gue juga ngak ingin dengan pernikahan ini" katanya sambil terus menyetir
"semua ini demi bakti pada kedua orang tua yang sudah berhutang budi sama keluarga pak Wijaya," lanjutnya
"lalu.. ini bukan sinetron Njar" kataku
"anaknya mereka, Fira hamil kemudian ditinggal pacarnya"
"bukannya dia dokter" tanyaku makin penasaran
"biasa lha, gaya hidup di Jakarta memang ada yang tidak kita mengerti" katanya
"dan ngak ada penolakan darimu?" tanyaku
"bapak punya riwayat jantung,, aku takut" kata Anjar pelan
"okey, gue terima penjelasan ini dan ini ngak akan merubah apapun" kataku
"betul,, aku hanya ingin menyampaikan penjelasan ini" katanya tersenyum memandangku sejenak
"aku berharap suatu saat kamu akan menemukan lelaki yang lebih sempurna" katanya
Aku hanya mengangguk saat ia berkata seperti itu, sekarang harus kuhilangkan semua rasa dihatiku ini. Tak ada lagi kenangan yang boleh diingat, karena satu jam lagi Anjar akan menjadi milik orang lain, mau tidak mau, ikhlas atau tidak ikhlas, semua ini akan terus berjalan
"kita masih bisa bertemankan?" tanya Anjar
"okey, just friens.."kataku tersenyum "moga pernikahanmu lancar, apapun yang terjadi bayi itu tidak berdosa Njar," lanjutku 
"makasih tang" Anjar akhirnya tersenyum
Mungkin senyum terakhir yang dapat kuabadikan sebelum Anjar menjadi milik orang lain. Senyum terakhir yang harus kusimpan dalam laci hatiku yang paling dalam dan tak kan boleh kubuka lagi...
"saya terima nikahnya dan kawinnya Syafira Wijaya binti Ahmad Wijaya dengan mas kawinnya yang tersebut tunai" kata Anjar terasa tegas dan lancar
"bagaimana saksi?"tanya sang penghulu
Dan iringan jawaban "syah" terdengar serempak didalam masjid yang megah ini. Dan seiring dengan jawaban tersebut meluncurlah setitik air mata yang tak bisa dibendung lagi. Tak mampu kulihat Anjar lagi yang sedang tersenyum menghadap kamera. Anjar, nama itu harus segera kuhapus dari seluruh ruang hatiku...




Nb. mungkin cukup sekian fiksi ini, tapi bila ada waktu dan keinginan tuk menulis maka akan tercipta lanjutannya, berharap ini hanya cerita belaka, tak ada cerita dalam kehidupan yang nyata, siapa juga yang mau ditinggal kawin sama orang yang telah kita tunggu


Sabtu, 26 Oktober 2013

Antara Bunga dan Daun

Kata orang, menanam bunga itu hanya bisa dilakukan orang yang bertangan halus,,, mereka tak akan berbunga bila ditanam oleh tangan kasar. Sepertinya hal ini juga tak sepenuhnya benar sih,, yang diperlukan hanyalah sebuah ketelatenan dan waktu luang yang lumayan senggang. Tanaman itu akan tumbuh baik bila disetiap hari disiram,, diberi pupuk,, dipotong daun yang telah kering atau menguning. 
Sebenarnya susah - susah gampang menanam tanaman berbunga itu. Dulu saat masih full kerja ngak bisa sampe berbunga sampe seperti ini. Tapi nyata sekarang ketika kerjaan agak senggang bisa berbunga, bisa tiap hari nyiram.
Tanaman itu menambah rumah kita lebih berwarna, terkadang kalau melihatnya membuat hati tentram,, apalagi kalo liat yang sudah berbunga, rasa ikut seneng..





Rabu, 23 Oktober 2013

Esai Klawing

Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. .(http://www.pemustaka.com/pengertian-esai-dan-ciri-cirinya.html)
Esai ini dibuat hanya sebagai bahan pembelajaran tentang alam, bahan pembelajaran tentang cara menulis yang lebih baik. Esai ini tidaklah dimaksudkan untuk menyinggung apalagi untuk menghakimi beberapa pihak. Esai ini masih jauh dari kesempurnaan sebuah tulisan, karena itu penulis meminta maaf dengan setulusnya atas segala kesalahan penulisan kata atau pun ada kata - kata yang menyinggung para pembaca. Seluruh foto dalam esai ini adalah benar dan bukan hasil editan. Diambil dari beberapa sudut sungai Klawing yang mengalir di desa Penaruban.
  
Alam memang tercipta untuk membantu kehidupan manusia, bahkan alam tercipta lebih dahulu dibandingkan manusia. Dalam kehidupan, manusia sangat bergantung pada alam. Kita memerlukan pepohonan untuk membuat oksigen sebagai udara yang kita hirup, kita memerlukan kekayaan laut akan beragam ikan, mutiara, dan beragam jenis lainnya. Namun sekarang ini, manusia sering kali egois, hanya berpikir untuk urusan perutnya sendiri tanpa peduli pada alam sekitar. Bencana alam dan berbagai gejolak alam dimasa lalau harusnya menjadi pelajaran tersendiri bagi manusia akan betapa hebatnya kekuatan alam ini.
Sungai Klawing adalah satu bagian dari alam, yang mengalir di beberapa desa dari ujung hingga akhirnya. Seiring perkembangan pembangunan sekarang ini sungai Klawing mengalami penyempitan, dikarenakan adanya pembangunan bendungan di Slinga. Yang tadinya dialiri air sekarang ini berubah menjadi daratan tanah yang kosong. Seperti yang terjadi di perbatasan Penaruban - Kalikajar (legok) tanah yang kosong telah ditanami pepohonan yang menghijau. Sekarang aliran sungai dibagian ini telah menengah dan mulai jauh dari tepi yang dahulu.


Dari tahun ketahun penambangan pasir dan batu semakin banyak jumlahnya. Hanya ada satu perusahaan di Penaruban dan kebanyakan yang lain oleh warga setempat. Penambangan pasir dan batu ini ibarat menemukan harta karun yang (belum waktunya) tak habis. Mereka tinggal datang kesungai, mengangkutnya dan kemudian menjual pada orang yang membutuhkan.Penambangan ini masih dilakukan secara tradisonal, belumlah sampai mengguakan mesin yang canggih. Para lelaki mengangkut pasir dan batu, sementara para wanita bekerja sebagai pemecah batu.Hasil dari penambangan pasir ini dapat digunakan untuk membantu perekonomian warga setempat.
Tak hanya penambangan pasir dan batu yang mengakibatkan terjadinya kerusakan di sungai Klawing, tetapi juga adanya warga yang membuang sampah di pinggiran sungai Klawing alias nyampah nang Klawing. Warga masih berpikir bahwa pinggiran sungai merupakan lahan yang tepat untuk membuang sampah karena, lahannya luas, sepi dan jarang dikunjungi oleh warga sekitar. Mereka tidak berpikir apakah sampahnya nanti telah benar - benar membusuk, turun kesungai atau menjadi lautan lalat dan nyamuk. Tapi nyampah di Klawing hanya terlihat di pinggiran sungai saja, lihat saja seperti di jalan setapak dari makam ke legok,, meski tak terlalu dekat dengan tepi sungainya, tapi dapat kita lihat sampah yang ada
Tak bisa dipungkiri kegiatan penambangan pasir membawa dampak positif yang telah dirasakan warga sekitar dan pemerintah. Meningkatnya pendapatan bagi mereka yang menambang pasir adalah hal yang paling banyak dilakukan. Hal ini juga diiringi penurunan jumlah penangguran, karena para warga terserap pada lahan penambangan pasir ini. Tak hanya mereka warga sekitar pun menjadi kreatif, mereka dapat membuka warung yang menyediakan makanan, minuman, rokok bagi para penambang pasir 
Ibarat uang koin yang memiliki dua sisi, penambangan pasir pun memiliki sisi negatifnya. Ditambah dengan adanya pembuangan sampah dipinggiran sungai menjadi dampak negatif menjadi lebih banyak. Meningkatnya polusi udara, peningkatan debu dapat menyebabkan kualitas udara disekitar sungai menurun. Terjadi juga penurunan kualitas air yang menjadi kurang jernih. Dapat terjadi longsor karena terjadi lahan terbuka bila muim penghujan dan bila musim kemarau akan menyebabkan debit air menjadi menipis. Jalanan disekitar sungai pun sering terjadi kerusakan karena sering dilalui truk - truk bermuatan pasir dan batu. Selain itu sampah - sampah yang menumpuk dapat menyebabkan adanya lalat dan nyamuk yang membawa berbagai bibit penyakit, hal ini juga menjadi pemandangan yang sangat tidak enak bila dipandang mata.
Peranan masyarakat dan pemerintah sangatlah penting. Para penambang pasir dan batu tidaklah mungkin untuk dihentikan. Hal ini akan berdampak besar pada kehidupan mereka. Yang dapat dilakukan adalah hendaknya mereka dapat mengurangi jumlah tambangnya, sedikit saja. Bagi para warga yang masih membuang sampah di pinggiran sungai, harusnya dipisahkan antara sampah yang dapat terurai dan tidak dapat terurai. Misalkan plastik, harusnya dibakar secara rutin, karena plastik adalah bahan yang sangat sulit untuk terurai, diperlukan puluhan tahun untuk dapat terurai bersama tanah. Untuk dedaunan atau sayuran dapat ditimbun dan dijadikan pupuk. Dari pihak pemerintah pun sangat diharapkan untuk dapat mengawasi kegiatan ini. Mereka jangan hanya duduk manis dikantor saja, hanya menandatangani laporan saja. 
Pemerintah janganlah hanya sibuk untuk urusan membangun suatu gedung yang belum diperlukan. Pemerintah harus bijak dalam membuat peraturan tentang alam.

Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak alam, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَتُفْسِدُوْا فِى الاَرْضِ…
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi “

Sebagai manusia yang bergantung pada alam, marilah kita mulai lebih dekat lagi dengan alam. Mari kita bersikap dan berpikir apa yang terbaik untuk kita dan untuk alam juga. Marilah kita beriringan berjalan dengan alam dikehidupan ini... Save Our Nature


Gambar - gambar lain :














Selasa, 22 Oktober 2013

Jogja Kembali

Joga memang ngak pernah habis - habisnya untuk dikenang, dari udara, tempat, orang sampe makanannya. Gak ada satupun kota didunia yang sama dengan Jogja. Jogja adalah Jogja, tak ada yang lainnya.



 





 

 


Yang baru di Malioboro, perasaan setengah tahun belum ada patung ini. Tapi bulan September lalu udah berdiri. Dari jauh kiraan patung apaan tapi ternyata sebuah patung besar, kenapa nggak sekalian sampe bagian otakknya ya.....







Minggu, 13 Oktober 2013

Undangan Tanpa Nama #3

Suasana rumah Anjar bertambah ramai ketika kami sedang mulai mengobrol tentang pekerjaanku. Ibu dan Bapak dari Anjar merupakan orang tua yang sangat bijak, beliau berdua masih mengingatku sebagai teman lama Anjar, sekaligus keponakan dari tetangganya, yaitu Paklik Tono. Masih sangat jelas dalam ingatanku, 3tahun lalu ketika bapak berpulang ke Sang Pencipta, mereka berdua turut berkunjung kerumahku. Kunjungan tamu makin banyak dan ramai, mau tak mau mereka segera meninggalkanku dan Anjar untuk menemui tamu yang lain.
Hanya ada diam saat kedua orang tua Anjar pergi, meski sudah kubilang untuk ikut menemui tamu yang lain dulu dan meninggalkanku, tapi dia tak mau. 'ternyata Anjar masih keras kepala seperti dulu' kata batinku.
"tang..." ucap Anjar menggantung
"kenapa?" tanyaku berusaha dengan suara yang biasa saja
"aku minta maaf" kata Anjar
Akhirnya terucap juga kata yang selalu kunanti, pernyataan dia telah membuatku terluka dan meminta maaf dariku "untuk???" tantangku lebih lanjut
Anjar terdiam sejenak, ia menunduk menatap sisa gelas tehnya. Tak bisa kulihat raut muka dari Anjar, apakah dia menunjukkan rasa bersalah atau tidak
"sudah lah toh, semua sudah berlalu" entah keberanian darimana aku berucap seperti itu. Rasanya sudah cukup kudengar perkataan maaf darinya, meski tanpa ada alasan untuk maaf itu.
Anjar kaget mendengar perkataanku baru saja, ia menatapku tajam seakan mencari sesuatu dari diriku. Rasa sakit itu masih sangat tergambar dikedua mataku, sedari tadi kucoba untuk tidak melampiaskan amarahku. Toh takkan berguna bila kulampiaskan semuanya disini dan disaat seperti ini.
"semua takkan kembali seperti dulu kan" kataku lagi "sudah malam aku mau pulang"
"tang ...." katanya lagi dan lagi lagi menggantung tak terselesaikan
"ah, ada yang lupa" kataku sambil mengambil sesuatu dari dalam tasku. 
Kuserahkan kotak kecil padanya, dengan perlahan ia menerima kotak ungu tersebut. Kugenggamkan erat kotak tersebut pada tangan Anjar.
"terima kasih untuk segalanya" ucapku mengakhiri pertemuan ini.
Segera kulangkah kaki depan tenda, aku berhenti sejenak ketika bertemu bapak dan ibu Anjar. Niat pamitanku ditahan mereka, katanya pulang nanti saja, nanti diantar orang suruhannya. Namun mereka akhirnya mengizinkanku untuk pulang ketika aku beralasan sedang tak enak badan. 
Tiba - tiba Anjar menyusulku didepan parkiran motor. Terlihat ditangan kanannya menggenggam kotak yang sudah terbuka itu. 
"untuk apa kau kembalikan ini?" tanyanya sambil menunjukkan cincin yang dulu pernah diberikannya padaku
"bila itu tetap kusimpan rasanya akan selalu sakit" jawabku sambil memakai helm "meski itu terlalu murah untuk calonmu yang dokter itu"
"kau harus dengar penjelasanku dulu" katanya sambil memegang tanganku erat
"apalagi yang dijelaskan?" tanyaku "esok kau menikah berarti sudah jelas besok kau sudah dimiliki orang lain" kataku sambil melepaskan tanggannya
"aku tak mencintainya" katanya lirik
"tapi besok kau menikah dengannya" jawabku
"kuharap kau mau datang besok kesini, akan kujelaskan semuanya sebelum acara pernikahan" lanjutnya "kumohon datang lah" pintanya
"kau mau aku menangis darah melihat orang yang slama ini kutunggu malah menikahi orang lain?" kataku "harusnya kau tahu bagaimana perasaanku sekarang" kataku mulai menunjukkan emosi
"kau tak datang akan kubatalkan semua ini, tak peduli dengan calon bayi yang bukan milikku.. "kata Anjar pelan..

Kamis, 10 Oktober 2013

Undangan Tanpa Nama #2


"jadi ketempat mantan tang?" tanya mba Intan dari balik komputernya
"jadi mba, ini setelah selesai entri data langsung berangkat" jawabku 
"kalo pun ngak datang juga nggak papa" katanya lagi sembari membereskan kertas laporan
"ngak papa mba, sekalian silaturahmi" kataku "tumben belum dijemput jam segini mba" kucoba tuk bertanya hal yang lain
"kebiasaan deh, kalo lagi bahas masalahmu pasti dialihin" tanyanya sambil tersenyum
Jurus yang paling ampuh ketika aku tak ingin membahas suatu masalah dengan orang lain. Pasti lebih baik membicarakan yang lain saja daripada membahas masalahku dan membuatku makin tak nyaman.Aku termasuk orang yang tak suka membicarkan masalah pribadiku sendiri. Bila masih bisa kuselesaikan maka akan kuselesaikan sendiri, tanpa campur tangan orang lain.****
Senja baru saja turun, langit barat masih terlihat bercahaya tak seperti ujung timur yang sudah termakan gelap. Lalu lintas jalanan tak pernah sepi, meskipun itu diwaktu senja seperti ini, hilir mudik kendaraan tak pernah berhenti. Kilauan lampu dari kendaraan seperti ribuan bintang menambah ramai jalanan senja ini. 
Di parkiran aku terdiam sesaat, kumantapkan hatiku sekali lagi untuk datang ke tempat Anjar. 'datang aja tang, toh ngak ada salahnya untuk menyampung pertemanan kalian' kata emakku muncul lagi dalam hati. Sebelah hatiku mengatakan oke tak masalah aku datang, tapi sebelahnya lagi, ada rasa sakit yang masih terasa. Kilasan masa lalu yang kembali hadir belakangan ini, hal - hal yang sudah berhasil kulupakan 5 tahun ini, kembali muncul satu persatu tanpa kuminta. 
"tang, aku akan pergi ke Jogja, sesuai keinginan bapak aku ngambil kuliah hukum" katanya disuatu ujung senja
"trus??" aku belum bisa memberikan komentar apapun
"aku harap kamu mau menunggu" katanya 
Aku benci bagian kenangan ini, dia menyuruhku untuk menunggu, sampai kapan aku harus menunggu. Tanpa kabar apapun darinya, semakin memperparah kebencianku, bahkan nomor hpnya pun sudah tak aktif lagi. 'Apa aku saja yang harus menunggu, jangan jangan dia malah enak-enakan di Jogja sana, sementara aku menunggu dalam penderitaan,' selalu saja terbesit dalam pikiranku.
"masih inget Anjar ngak, seangkatan kita juga" kata Tia, teman seangkatan yang juga kuliah di Jogja
Tak sengaja aku bertemu dengannya ketika sedang menunggu martabak. Setelah cerita sana sini, tak sengaja ia menceritakan hal ini. Dari caranya bercerita seakan ia sudah lupa kalau aku masih menyandang sebagai pacaranya (meski status kami semakin tak jelas).
"emang kenapa, yang anak IPS2 kan" ujarku pura-pura tak mengerti
"iya bener, meski ngak sekampus tapi masih sering ketemu dia. kulihat dia beberapa kali jalan dengan wanita yang berbeda, sempet juga jalan dengan teman sekampusku juga, cuman denger-denger cuma satu bulan" ceritanya sangat panjang
"dasar lelaki" umpatku, meski saat itu aku ingin sekali melampiaskan amarah dan tangisku.
Aku makin membencinya,, benar dengan perasaanku selama ini, menunggu yang sia - sia. Perkataan Tia semakin membuatku berniat tuk melupakannya, dan menutup hatiku pada siapapun. Rasanya aku ingin melompati kenangan itu, menghindar dari si Anjar,, rasa yang menyesakkan hatiku ketika ada orang menyebut namanya lagi.****
Kurapikan dulu pakaianku, kusisir ulang rambut panjangku, meski tak berniat tampil menawan aku hanya mencoba untuk memantaskan diri datang kesebuah acara yang dibuat dengan meriah. Sembari itu, kucoba tuk menata hatiku lagi, menata kepingan kenangan yang tak mungkin kuhilangkan. Menahan hatiku untuk tak kembali pada perasaan yang dulu, perasaan yang sekarang tak mungkin lagi akan terjalin.
'dahulu kau lah segala, dahulu hanya dirimu yang ada dihatiku, namun sekarang aku mengerti, tak perlu kumenunggu, sebuah cinta yang semua...' suara raisa mengalun pelan dari sebelah kamar.
"Paklik makasih yah" ucapku ketika keluar dari kamar Asti
"wah, ini baru mba Lintangku, sederhana tapi sesuatu' ucap Asti mengomentari penampilanku
"apaan sih, makasih yah pinjemen kamarnya" aku tersenyum menanggapi perkataannya, "ikut yuk" kataku
"Asti ikut???" malah Paklikku yang menjawab "udah segeda lemari gitu kok ikut" jawabnya sembari membalik korannya
"Pake itu apaan, anak cantik gini kok dikatain lemari sih" Asti tak kalah sewot mendengar perkataan ayahnya
"sudahlah, aku pergi dulu, ntar penampilanku luntur"
"emang eskrim" kata Paklikku
"sudah mba ayo kita pergi, aku juga mau duduk diluar aja, disini panas"
Aku hanya menangguk dan tersenyum melihat tingkah ayah dan anak ini, terselip ada rindu untuk ayahku dihati ***
Tak sampai tiga menit aku sampai di tempat yang kutuju, sebuah tenda besar sudah terpasang dengan megah. Warna merah marunnya serasi dengan janur kuning yang melengkung dan menghiasi dibeberapa tempat. Diterangi beberapa lampu yang bercahya sangat terang, menjadikan tenda ini semakin meriah. Tak hanya itu musik keroncong mengalun pelan dari dalam, disudut kanan tenda terlihat beberapa soundsystem untuk menjadikan musik itu bertambah meriah lagi.
"Lintang," suara sesorang dari dalam tenda
Suara yang sudah lama tak kudengar, suara yang selama ini kurindukan, suara yang selama ini kubenci,,, "Anjar"

Selasa, 01 Oktober 2013

Undangan Tanpa Nama #1


"Maak,, ini undangannya siapa?" setengah kuberteriak pada emakku yang ada didalam rumah.
Hanya sepi yang kudengar, tak ada suara balasan dari pertanyaanku. Mungkin emakku terlalu sibuk dengan belanjaannya. Belum sempat kubuka, langsung kumasukkan saja dalam tasku, dan segera berangkat. Hari makin siang, matahari sudah keluar dari tempatnya yang dingin, mulai meninggi menghangatkan dunia ini.
Kupacu motor yang belum lunas ini, sesekali kutambah kecepatan, berbelok menghindar beberapa motor dan mobil. 'undangan ungu' sesaat pikirku berjalan saat berhenti di lampu perempatan. 'kenapa gak ada nama yang ditujunya' pikirku masih berlanjut. 
"Tiiiiiiiiin", suara klakson panjang dari belakang membuyarkan pikiranku. Segera saja kuhilangkan pikiran undangan ungu itu, fokus kembali pada perjalananku.
Hampir sampai tengah hari aku sibuk dengan komputer, print, kertas, bagian gudang, sales, dan telpon yang berbunyi.Dari hari senin hingga sabtu selalu saja seperti ini, kegiatan yang rutin harus dilakukan kecuali aku tak masuk kerja atau tak ada kiriman dari pabrik (tapi itu hal yang mustahil sepertinya)
'jika aku bukan jalanmu ku berhenti mengharapakanmu, jika aku memang tercipta untuk kukan memilikimu ... jodoh pasti bertemu' suara lagu dari komputer mba Intan mengalun pelan. 
Entah mengapa lagu itu tiba - tiba sangat terdengar merdu, penuh penghayatan hatiku mendengarkannya. Padahal lagu ini sering kali diputar diruangaku,mba Intan yang mengaku sebagai afganisme adalah rekan kerjaku dan meja kerjanya tepat didepan meja kerjaku. 
"oiii" seru Afit yang sudah berada didepanku. "nglamun bae" lanjutnya
Aku hanya tersenyum, tak dapat kupungkiri aku memang sedang melamun, aku tak lagi konsen menulis data order barang, memang mataku menatap komputer tapi pandanganku kosong.
"makanya cari pacar gih, " katanya lagi sambil membuka tasnya "nih, orderan dari Toko Jaya kalo bisa dikirim nanti sore" katanya sambil menyerahkan beberapa lembar kertas
"ntar tak tanyai pak Ian dulu, bisa kirim cepat ngak?" jawabku singkat, daripada digoda terus oleh Afit "jalan sana, udah siang kan" lanjutku
"pasti mau ngelamun lagi ya???? bagi bagi dong???" godanya lagi sambil tersenyum lebar
"mba Intan, ntar kalo Lintang ngelamun disiram air ya?" katanya sambil berjalan
"aaaa" teriak Afit tepat dipintu keluar sambil mengelus kepalanya yang baru saja kulempari buku stok barang. ****
"kok ngak dimakan nasi pecelnya, tumben kamu ngak nafsu sama makanan favoritmu?" tanya mba Intan menatapku curiga
Hanya kuaduk nasi pecelku saja, sudah sangat bercampur antara sayur dan bumbunya. Tapi entah mengapa belum kusendoknya, perasaanku tiba - tiba saja tidak ingin memakan apapun. Rasanya aku hanya ingin tidur, bermimpi tuk menghilangkan rasa sesak dalam hatiku
Pikirku masih tertuju pada undangan ungu yang kutemukan tadi, tak sengaja kubuka ketika akan mengambil dompet waktu makan siang. Mataku segera menatap pada dua nama yang tercetak dengan ukuran besar dan berwarna cerah itu. Nama itu, nama kedua orang yang tertulis di undangan itu, rasanya sangatlah menyakitkan mata. Segera memori ingatan dalam pikiranku bermunculan, seperti film yang menampilkan beragam adegan dengan berbagai peran dan nama.
 'aaaahhhh' runtukku dalam hati 'andai saja aku bisa melompati putaran waktu, aku kan memilih tuk tak menjalani hari ini, dan melompat ke hari esok'.

ANJAR PRAYOGA, SH - dr. SYAFIRA WIJAYA