Kamis, 25 Juli 2013

Sekar Arum #1

Rintik hujan kian menderas, semakin banyak tetesan air langit yang menghujam bumi. Begitu menyentuh tanah, kan terasa bau tanah menyengat, bersama butiran debu yang menghilang. Dalam sekejap membuatnya menjadi genangan air disana sini. Sebelum menyentuh tanah hujan telah menyentuh daun terlebih dahulu, menghapus debu diatas hijaunya daun, kemudian tetesnya menimpa daun, sebagian jatuh ke tanah sebagian dapat bertahan diatasnya. Daun tak hanya basah, tapi juga tergoyangkan oleh angin. Angin pula yang dapat menerbangkannya daun kering entah kemana, bahkan bisa terbang sangat jauh dari asalnya Angin dan hujan memang sedang menimpa bumi, dengan angkuhnya tak ada yang menghentikan kecuali Sang Pemilik Waktu. Angin dan hujan adalah sama, kadang membawa berkah, disisi lain mendatangkan musibah.
Dalam kegauluan alam ini terdapat dua insan manusia yang sedang berdiri dalam diamnya dunianya masing - masing. Dalam pertempuran alam ini, terdapat pertempuran insan manusia pula. Bila disisi alam hujan yang lah menang, hujan mudah sekali menyentuh tanah, dan tanah tak akan pernah sanggup menepis rintik hujan. Berbeda dengan pertarungan ini, dua ksatria negri ini, sama sama berpihak pada negara, hanyalah sebuah selisih membuat mereka saling berhadapan ilmu dan pedangnya.
Seorang ksatria perempuan muda, Sekar Arum biasa ia dipanggil. Meski perempuan, tak menyurutkan niatnya tuk berkelana di dunianya para lelaki, dunia yang penuh dengan kekerasan. Sorot matanya yang tegas menandakan setiap langkah yang diambil tak akan pernah dibelokkan lagi. Kulitnya kuning langsat, meski ia sering kali berjemur dibawah terik matahari, tak seperti para perempuan pasar yang kulitnya menghitam karena terbakar oleh sang matahari. Tubuhnya hampir sempurna, tinggi, badannya terlihat ringan bila dibawa lari, tak ada tumpukan lemak disekujur tubuhnya. Tak hanya itu perangainya juga seperti seorang putri, tak pernah ia membedakan antara tani, teman sesama ksatria, bangsawan atau sekalipun kuli. Setiap yang memerlukan bantuannya pastilah dengan senang hati membantu. Tak peduli itu gerombolan pencuri kelas teri atau pejabat istana yang korup pasti sudah ia babat habis dengan ilmu dan pedangnya. Kecantikan tubuh, perangainya yang baik dan kepandaiannya mengolah ilmu dan pedang membuatnya digadang - gadang sebagai salah satu ksatria perempuan terhebat dinegri ini.
Dalam keadaan perang pun, perasaan dan mata batinnya Sekar Arum bisa merasakan selain ia dan sang lawan didepannya terdapat orang lain yang sedang mengintai mereka. Ia dapat meraba getaran hitam yang disalurkan lewat angin, getaran hitam yang semakin lama semakin menguat melingkupi areal pertempuran ini. Sementara hujan dan angin yang makin menjadi tak menyurutkan niatnya tuk mengakhiri pertempuran.
"apa yang kau tunggu, bukankah pedangmu sudah haus?" tanya sang lawan, seorang ksatria lelaki
Tak ada jawaban dari Sekar Arum, hanya segaris senyum datar yang mungkin tertutup oleh hujan yang lebat. Makin ditajamkannya pandangan mata dan mata batinnya, sementara tangannya makin memegang kuat pedangnya.Dengan mantap ia melangkah, tak ada lagi kata mundur dalam kamus Sekar Arum.
Sang lelaki tak bergeming, tak ada langkah maju apalagi mundur, hanya disambutnya langkah Sekar Arum dengan senyuman. Dengan pelan ditariknya pedang yang ringan dari punggungnya, sebuah mantra terucap dari mulutnya tanpa terdengar siapapun hanya pada sang angin ia mengutarakan niatnya. Dengan tangan kanannya, ia mantap memegang pedangnya, tersalurkan tenaga dari seluruh tubuhnya pada pedang tersebut. 
Sementara itu Sekar Arum makin mendekat, hanya tinggal 9 langkah dari sang lelaki. Pandangan mereka saling beradu...
'setttt' goresan pedang menyentuh daging manusia diiringi darah yang muncrat entah dari tubuh siapa.
Sang lelaki menundukkan wajahnya, tak kuasa ia menahan rasa dalam tubuhnya. Sementara Sekar Arum seakan berdiam sejenak, tapi ia langsung melangkah kembali. Tak mempedulikan musuhnya yang sedang menunduk.
Setengah berlari Sekar Arum menyongsong musuhnya, "jleebb" disusul sebilah pedang menembus perut manusia. Darah segar langsung keluar dari luka tersebut, mengalir ketanah bersama dengan air hujan.Sedetik kemudian, suara pedang jatuh ketanah, pedang yang masih bersih, tanpa darah setetes pun.
Dalam seketika Sekar Arum roboh, tak kuasa tubuhnya menerima dua luka sekaligus. Ya, ksatria perempuan telah kalah dalam pertempuran ini. Tubuhnya tak tahan lagi, luka sayatan pedang telah menyebarkan racun dalam tubuhnya, melalui media angin pedang ringan sang musuh mampu sampai pada musuh yang diucapkan sang empunya pedang. Belum lagi tusukan tepat dibagian perutnya, seluruh isi perutnya terasa ditarik keluar. Mau tak mau Sekar Arum harus mengakui ia telah kalah.
Tepat sebelum tubuh Sekar Arum menyentuh tanah, sang lelaki dengan cepat sudah menahan tubuhnya. Hendak dicabutnya pedangnya itu dari tubuh sang musuh yang juga kekasihnya. Tapi niatnya ditahan tangan Sekar Arum, ia sudah tak sanggup lagi tuk merasakan rasa sakit dari cabutan pedang dari perutnya.
Dalam keadaan genting seperti ni, nalurinya tetaplah berjalan, dirasaknnya getaran hitam yang makin mendekat. Ia yakin ada sesuatu yang sedang menuju kedirinya dan itu semakin mendekat. Dengan yakin pula ia merasakan getaran hitam dari arah belakang sang lelaki. Dengan tenaga terakhir di singkirkannya sang lelaki ke samping kanannya. Dengan cepat ia berdiri, menyongsong sebuah benda yang sedang melesat cepat dari arah rerimbungan pohon beringin. Terlihat rasa sakit dalam wajah cantiknya, dengan sangat berusaha menahan rasa didalam tubuhnya. Dalam sepersekian detik kemudian anak panah itu telah muncul, dengan cepat telah berhasil menyentuh kulitnya dan telah merasuk dalam dadanya. "jleb" untuk ketiga kalinya tubuhnya menerima benda tajam.
Sang lelaki segera menguasai dirinya lagi. Dilihatnya Sekar Arum yang menyambut anak panah racun dengan tubuhnya, dilihatnya lagi Sekar Arum terjatuh ketanah. Dengan bergetar ia berlari, menahan tubuh kekasihnya yang akan jatuh ketanah, Dipangkunya tubuh perempuan pemberani ini, matanya beralih pada rimbunan beringin tempat asal anak panah diluncurkan.
"bagaimana bisa aku bilang tidak mencintaimu.." kata sang lelaki sambil mengusap wajah Sekar Arum yang  basah karena hujan "bagaimana bisa aku membunuh orang kucintai,,, dan ternyata ia menyelamatkan diriku dan sebuah maut"" lanjutnya lagi..
#berlanjut.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar