Sungguh peperangan ini teramat melelahkan
Kulihat darah tercecer ditanah
Dan matahari dan bulan silih berganti, menjadi penonton yang setia
Ditengah arena, tengah bergulat sama imbangnya
Antara si A dan si B, antara taktik ini dan taktik itu
Pedang melwan tombak, umpatan dibalas makian
Keringat telah membaur dengan udara, serta darah mulai meresap dalam tanah, hanya tertinggal seberkas kenangan
Akulah siA dan siB adalah egoku
Cambukku melukai bayanganku sendiri, darah yang keluar dari bayang itu juga keluar dari tubuhku
Makian itu terlontar dari mulutku, merasuk dalam pikiran bayanganku dan terngiang kembali dalam tubuhku
Aku lelah melawannya, sama seperti dia yang memancarkan sirat mata yang menyedihkan
Tapi kami takkan bisa menyelesaikan peperangan ini, sebelum ajal menyeret salah satu dari kami
Entah aku atau bayangku, logika atau perasaan, impian atau kenyataan, dan segala yang kemudian berbaur dengan angin kemarau
Purbalingga, 1082015