Sabtu, 08 Agustus 2015

Kebun Strawbery - Gua Lawa (Wisata Purbalingga yang Belum Mekar)

 
Bicara mengenai wisata yang berlokasi disudut utara Purbalingga, tepatnya di desa Siwarak - Serang, Kec. Karangreja, Purbalingga. Menempuh sekitar kurang lebih 27 km dari pusat kabupaten, dengan medan jalan yang berbukit dan pemandangan khas pegunungan yang menawan. Bila wisata Gua Lawa sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu namun kebun strawbery baru dirintis sekitar 5 tahun lalu oleh warga sekitar.


Keadaan tanah dan iklim didesa Siwarak - Serang yang berbukit memang cocok untuk bertanam sayur mayur seperti tomat, sawi, daun bawang, seledri, welok (labu siam), dan yang terbaru adalah strawbery. Kebun strawbery merupakan pengembangan usaha oleh warga sekitar, tak hanya mengandalkan panen buah kecil berwarna merah ini tetapi juga mengandalkan para wisatawan. Dengan tiket yang relatif terjangkau, wisatawan dapat memetik, menikmati strawbery sepuasnya (didalam kebun) dan bila ingin membawa pulang tinggal ditimbang kemudian dibayar.
Angin yang bertiup sedikit kencang, udara yang masih bersih dari polusi, hamparan hijau tanaman milik petani menjadi suasana yang takkan terlupakan bagi para wisatawan. Belum lagi kepuasan bisa memetik dan menikmati buah strawbery sepuas hati. Hal ini lah yang menjadi daya tarik kebun Strawbery Serang, Kec. Karangreja, Purbalingga.

Tempat kedua, Gua Lawa, lokasinya hanya berbeda desa dengan jarak sekitar 8km dari kebun strawbery. Dan sebuah gua bawah tanah telah menanti anda untuk dijelajahi. Tiket masuk dan PMI sebesar 7ribu dan parkir untuk sepeda motor 1ribu rupiah. Areal wisata yang menyatu dengan perumahan warga sekitar, jangan kaget bila didalam areal wisata banyak anak kecil dan ibu-ibu yang berjalan-jalan, berjualan, dan memulung botol-botol bekas. (Dan inilah salah satu poin yang harusnya diperhatikan dalam kawasan wisata, karena hal ini sedikit mengganggu pengunjung)

Menelusuri gua Lawa membuat sedikit rasa takut muncul, bagaimana bila benar-benar ada Lawa (kelelawar) muncul dari gua, atau bagaimana bila gua itu runtuh sementara kita masih berada dalam tanah. Kesan mistis dan gelap sangat terasa dari seluruh penjuru gua bawah tanah ini. Bahkan terlihat sejumlah bunga dipojok gua, ada maksud dibalik bunga (entahlah). Meski perlahan, tapi suara tetes air yang jatuh dari atas ke bawah gua menambah suasana yang mendebarkan. 
 
Menurut pendapat pribadi, dua lokasi ini masih memerlukan banyak renovasi dan inovasi. Untuk menjadikan dua lokasi ini menjadi objek wisata yang benar-benar dapat menarik dan tidak menimbulkan perasaan kecewa dihati wisatawan. Kebun strawbery membutuhkan pengelolaan yang benar dibidangnya, bisa dijadikan contoh adalah perkebunan strawbery di kota Bandung, Penataan, ketersediaan pohon dan buah, pelayanan informasi, dan keramahan pemilik kebun serta promosi harus benar-benar diperhatikan. Selain itu juga bisa dikembangkan dari segi produknya, strawbery bisa dijadikan sirup atau selai dan olahan makanan lainnya sebagai buah tangan atau oleh-oleh.
 
Sementara untuk wisata Gua Lawa yang sudah berumur lebih tua dari kebun strawbery tentunya sudah mengalami perubahan disana-sini. Namun sepertinya pemerintah tidak melakukannya dengan sepenuh hati (hal ini mungkin juga diakibatkan karena kabupaten Purbalingga tidak memfokuskan pada pengembangan pariwisata, tetapi lebih tertarik pada sektor industri dan jasa). Bila dibandingkan dengan kawasan candi Dieng, dikabupaten tetangga (Wonosobo) maka saya kira Gua Lawa masih sangat jauh tertinggal. Gua Lawa belum dilengkapi dengan museum yang menjelaskan lebih rinci tentang sejarah wisata ini, kapan lokasi ditemukan, diduga dahulu digunakan sebagai apa dan bagaimana gua ini bisa terjadi. Penataan tempat berjualan yang belum teratur dan masih bercampur baur dengan kawasan masyarakat menjadi aspek yang juga perlu diperhatikan. 

Sekiranya pemerintah mau melirik kembali dua objek Purbalingga yang potensial untuk dikembangkan. Mungkin Purbalingga bukanlah kota wisata seperti Jogjakarta ataupun Bandung, tetapi lokasi yang sudah disediakan alam dan belum digali lebih lanjut akan menjadi sia-sia dan tidak dapat dinikmati oleh wisatawan secara luas.
 
Demikianlah sedikit-banyak ulasan tentang wisata dikota Purbalingga tercinta. Dan terimakasih untuk menyempatkan membaca cerita dari saya, salam dari kota Purbalingga. 


Purbalingga, 882015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar