Siang itu, meski matahari tengah panas membara, sementara angin kemarau mulai mengudara, entah mengapa mata dan kaki malah tertuju pada pekarangan sekaligus kebun disamping rumah. Seakan berharap ada sedikit cerita yang kan didapat dari sebidang tanah yang tak terpakai tersebut. Maka dimulailah langkah dan bidikan kamera pada beberapa sudut yang nampaknya mulai ditinggalkan sang pemilik lahan.
Seekor belalang menyambutku didepan pagar, dia baru saja hingga didaum ketika aku melangkah masuk. Mungkin ia hendak mencari tempat berteduh ditengah siang yang hari yang terasa sangat panas.
pisang yang masih lengkap dengan jantungnya
Pisang, pepaya, markisa, pohon buah itu masih terasa sama. Masih saja
berdaun hijau, dan kemudian mengandung buahnya yang siap untuk dinikmati
manusia.
Dan kemudian ..
Semua menjadi tak berguna lagi, daun - daun menjadi layu menguning, buah terlalu matang hingga berbuah menjadi busuk. Mereka terlupakan oleh sang pemilik. Hasil mereka tak sempat tuk digunakan dalam kehidupan manusia
Dan berakhir pada kematian, ranting dan batang pohon pun hampir mati. Kering, tanpa daun, hanya menyisakan segurat ranting yang mudah patah. Tak lagi ada daun, apalagi buah, tak ada lagi proses fotosintesis hanya menunggu dicabutnya dari tanah atau perlahan mati karena waktu.
Sesaat itulah aku tersadar, mungkin manusia juga mengalami kehidupan yang sama dengan sudut pekarangan ini. Awal kehidupan layaknya tanaman yang masih hijau, perlahan muncul bunga dan buah kecil dipohonnya. Kemudian bunga itu makin membesar dan makin bermanfaat bagi yang lain, demikian pula seorang manusia, ketika semakin dewasa, maka dia akan semakin berguna bagi manusia yang lain. Dan perjalanan itu berubah pada proses penuaan, layaknya ranting dan batang yang mengering, demikian pula manusia yang akan semakin rapuh karena menjadi tua... Inikah perjalanan manusia atau hanya sepotong cerita dari pekarangan saja..
bunga ungu, tangkai merah, daun hijau, dan sinar matahari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar