Rabu, 14 Oktober 2015

Lingkaran Generasi



Saya kembali, dari penatnya jalanan menuju heningnya rumah. Saya telah pulang, dari hiruk pikuk hidup menuju damainya sebuah keluarga. Ya, keluarga..

Kali ini bahas soal keluarga menurut sudut pandang "dunia yang kecil" ini, pernah kubaca dari sebuah buku, 'setiap keluarga memiliki kitab masing-masing, yang tak pernah sama didunia ini, kadang keluarga mengisahkan kesedihan, kegembiraan, hangat, dingin, penuh tawa, tangis dan air mata, intrik dan berbagai persoalan'.

Keluarga A tidak akan sama dengan keluarga B. Keluarga yang hidup di Amerika tentu akan berbeda dengan mereka yang hidup di Afrika. Demikian pula mengenai latar belakang sosial, pendidikan, politik, sosial budaya dan faktor lain sebagainya. 

Keluarga itu seperti lingkaran, yang tak pernah putus. Seorang manusia dilahirkan dari keluarga, kemudian beranjak dewasa dan membentuk sebuah keluarga baru. Mereka yang dulu dilahirkan sebagai bayi, tumbuh menjadi remaja, dewasa dan tua serta memiliki anak dan cucu. Kita semua hanyalah menjalani lingkaran takdir.

 
Pernikahan adalah pintu dari generasi keluarga. Melalui ritual sakral tersebut kita melepas dan mendapat keluarga. Meski tidak sepenuhnya melepaskan keluarga yang lama, belum juga mendapat secara penuh keluarga yang baru, serta mendapat tambahan dari keluarga luar.

Sepasang manusia dari dua keluarga yang berbeda sepakat untuk menjadi satu keluarga kecil. Lelaki dan perempuan ini telah berjanji tuk menjalani hidup bersama dimasa yang akan datang. Mereka yang dulunya merupakan bagian dari keluarga masing-masing kemudian menjadi satu keluarga baru. Tanpa meninggalkan keluarga yang lama, bahkan saling menjadi anggota keluarga yang lain.
 
Yang tua menjadi yang muda, yang dulu masih ngompol sekarang sudah mencari nafkah sendiri, demikianlah pergantian tersebut. Dari kanak-kanak kelak ia tumbuh menjadi seorang kakek-nenek. Dari kakek-nenek lahirlah generasi muda yang siap menaklukkan dunia.

Dalam keluarga, kita takkan hanya mendapat pelukan hangat dari ibu atau ayah, tapi terkadang ada pertengkaran sesama keluarga, pertentangan dari anak. Tak selalu keluarga membawa damai bagai anggotanya, tetapi kadang kala kita. Jangan lupakan tentang warisan, tak bisa dipungkiri harta peninggalan ini pun menjadi penyebab perpecahan sebuah keluarga. Antara kakak dan adik, antara anak mantu dan mertua seringkali menutup rasa kekeluargaan ketika dihadapkan sebuah masalah bernama "warisan".

Namun dari keluarga pula kita mendapatkan pelajaran penting, bila kita menjadi anak yang baik kelak kita kan menjadi orang tua yang baik dan mendapat anak yang baik pula. Kita yang menghormati dan menyayangi orang tua dan saudara pastilah akan disayangi oleh mereka. Dari keluarga kita diajari untuk bertahan hidup, menjalin hubungan dengan orang lain, meraih cita dan impian dan menghargai sesama dan alam semesta. Yang memberi semangat tuk bangkit kala terjatuh adalah keluarga, dorongan dan perhatian mereka takkan pernah tergantikan oleh orang lain yang bukan keluarga. 

Dan akhirnya, tulisan ini hanyalah dari sudut pandang penulis mengenai keluarga. Disuatu sore sembari menanti senja yang hendak datang. Bersama hangatnya keluarga besar yang tak pernah terlupakan (meski mungkin kelak kita semua akan berpisah)... 
 
Mari menikmati sore bersama teh Sari***** dan cemilan, dalam senja kemarau ini.
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca sedikit cerita ini, selamat menikmati senja (bila anda membacanya saat sore)..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar