Ini adalah sebuah kotak pandora. Agama bisa jadi rahmat semesta alam, tapi agama juga bisa jadi pembunuh yang paling kejam. Agama bisa membuat manusia tahu akan dosa dan segala kelemahannya, tapi agama juga bisa menjadikan manusia merasa sehebat Tuhan ...
Kenapa satu setengah paragraf, karena kurasa paragraf pertama dan kedua saling berkaitan. Mereka adalah satu kesatuan yang saling menjelaskan. Tak lengkap rasanya, bila hanya menuliskan paragraf pertama, atau hanya menuliskan paragraf kedua saja.
Itu adalah 2 paragraf yang ditulis Agustinus Wibowo dalam buku Titik Nol halaman 458. Ia menuliskan paragraf tersebut dalam perjalanan panjangnya, ketika ia menjelajah di Pakistan.
Bagaimana kita bisa mengesampingkan perbedaan itu kalau sejarah pun mengajarkan demikian. Dari nenek moyang kita sudah mendapatkan segala perbedaan itu. Dari nenek moyanglah kita berperang, siapa lawan kita, siapa musuh kita. Dapatkah kita melawan nenek moyang, melawan sejarah???
Mungkin memang Tuhan yang menciptakan agama, dan manusia yang beratus juta ini dengan segala pemikiran yang berbeda-bedalah yang menciptakan konsep yang berbeda akan agama. Ada yang menerimanya dengan pemikiran A, ada yang menerimanya dari pemikiran B, dan lainnya, serta ada pula yang tidak mau menerimanya.
Tulisan ini bukanlah untuk mencari siapa yang dipersalahkan dari segala peperangan dan perbedaan ini. Bukan menyalahkan manusia yang memiliki pemikiran yang beragam. Tak usah pula menyalah sejarah, karena dari sejarah kita belajar untuk lebih baik. Apalagi menyalahkan Tuhan, sangat tak patut pemikiran ini. Tuhan adalah segala sumber kebaikan.
Tulisan ini hanyalah untuk mengingatkan, Tuhan telah menciptakan agama dengan tujuan kedamaian, dan manusia menerimanya dengan seribu pemikiran berbeda. Dan kita akan kembali pada Tuhan (semoga dengan damai pula). Alangkah indahnya kalau kita pun menjalani kehidupan ini dengan kedamaian dan dengan perbedaan.
Kita mulai dari lingkungan sekitar, berkawan dengan berbagai suku lain, agama yang beda, dan mempelajari bahasa yang asing. Berkehidupan dengan perbedaan yang ada, tanpa mencela, mengejek kekurangan dari setiap perbedaan itu. Saling menghargai dan saling membantu dalam setiap pekerjaan yang membuahkan kebaikan, tanpa melihat ia berasal dari mana. Hidup hanyalah satu kali, mari kita jalani dengan penuh kedamaian ..
Kita mulai dari lingkungan sekitar, berkawan dengan berbagai suku lain, agama yang beda, dan mempelajari bahasa yang asing. Berkehidupan dengan perbedaan yang ada, tanpa mencela, mengejek kekurangan dari setiap perbedaan itu. Saling menghargai dan saling membantu dalam setiap pekerjaan yang membuahkan kebaikan, tanpa melihat ia berasal dari mana. Hidup hanyalah satu kali, mari kita jalani dengan penuh kedamaian ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar