Dalam hidup ini, mungkin hidupku adalah batu, aku tak mau disebut pohon, angin bahkan matahari. Aku adalah batu, yang menjadi saksi alam yang berubah, bersama waktu menikmati putaran matahari.
Batu, bukanlah pepohonan yang tumbuh, yang pagi mendapatkan sinar matahari dan dapat tumbuh membesar. Yang dapat mengeluarkan bunga dan buah yang dinikmati manusia. Batu hanya diam melihat tumbuhnya pohon, tak mampu ikut bergembira ria bersama pohon.
Batu, bukanlah angin yang dengan mudah berlalu. Angin yang selalu bangga karena membantu penyebaran bunga bunga yang cantik. Angin yang angkuh, menerbangkan segala yang membuatnya marah. Batu hanya terdiam, tak mampu bergeming apalagi pergi dari angin.
Batu, bukanlah hujan yang dengan mudah menangis. Hujan yang membawa dua sisi, hujan yang menyuburkan bumi dan hujan pula yang melarutkan bumi. Batu, hanya diam tak mampu melindungi dirinya sendiri, tetes demi tetes air menghancurkannya.
Aku yang tak bisa menangis, tertawa, marah pada dunia ini. Aku yang hanya bisa memendamnya dalam hati dan bercerita dalam malam.
Batu yang hanya berguna untuk bersembunyi katak dari ular,atau sekedar bagi rerumputan tuk tumbuh.
Disudut kamar, dikota yang kecil.