Kembali ke Malioboro rasanya seperti kembali ke kota sendiri, meski antara Yogyakarta (kota) dan Purbalingga tak bisa dibandingkan secara langsung. Mau dilihat dari manapun Yogyakarta tetaplah kota yang lebih segalanya dibanding kota kecil Purbalingga. Tapi rasanya sangat nyaman berada dikota ini, meski belakang meningkatnya kaum marjinal (bener gak ya) seperti pengamen, pengemis, pemulung dan teman - temannya sangat mengganggu keindahan kota ini.
Malioboro sore sangat lah menyenangkan, menikmati senja dengan angin yang berhembus pelan, berbagai makanan yang menggoda, hilir mudik kendaraan yang ramai tapi masih saling menghormati adalah pesona dari jalan ini. Disamping pasar Bringharjo, kala sore sudah datang, para pedagang mulai menata barang dagangannya. Dari aksesoris, kaos, batik, miniatur, mainan khas kota ini rasanya semuanya komplit berada di pasar ini. Pasar Sore Malioboro..
Mungkin karena musim liburan hingga menyebabkan sejumlah penginapan favorit penuh. Huftt, harus cari-cari lagi nih. Masuk hotel Puri, tempat yang nyaman, murah, deket dengan Malioboro dan ternyata.. "penuh mba, tinggal yang 100". Rasanya 100rb hanya untuk sebuah kamar satu malam itu sangatlah mahal. Dan mau tak mau harus jalan lagi mencari penginapan yang lain. Dari hotel Puri ini ditunjukkan luru terus lalu belok kanan. Masuk satu hotel tapi salah sasaran, ternyata ratenya malah 150 untuk single room... :( Cari lagi, masuk ke penginapan Harum I (yang difoto tuh) ternyata masih ada yang kosong tp double bed dan ternyata cuma 50rb, sementara yang single cuma 35rb tp dah penuh. Mau gimana lagi dari pada kemalaman, terpaksa deh... meski fasilitasnya kalah jauh dengan Hotel Puri. Kamarnya kurang bersih, kamar mandinya cuma satu dan juga gimana gitu.. (menurut saya penginapan ini gak begitu nyaman,, )
Memang warga Yoyga tuh terkenal kreatif, sampai dinding pun menjadi lahan bagi pemikiran mereka. Terkadang ada gambar - gambar yang menggelitik hati, ada gambar yang menggambarkan tokoh penting dan gambar unik lainnya.. Yogya juga terkenal akan grafitinya, cuman sayang pas di jalan penginapan ini gak ada grafitinya..
Sepertinya jalan Malioboro itu hanya sepi saat pagi hari (antara jam 4 hingga jam 6 pagi) toko - toko masih tutup, demikiran dengan para pedagang dipinggir toko, para pengasong mungkin masih dirumahnya. Hanya penjual angkringan, penjaja gudeg yang sibuk dengan konsumennya. Terlihat pula para petugas kebersihan yang menyapu tiap jalan Malioboro, warga sekitar yang berolahraga sekedar lari pagi ataupun sepeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar