Kamis, 18 Agustus 2016

Bulan Agustus


Hingar bingar perayaan kemerdekaan akan terasa satu bulan penuh, dari tanggal 1 sampai 31 Agustus setiap tahunnya. Gapura dan tembok dicat baru, bendera merah putih pun berkibar gagah dengan berbagai bentuk dan ukuran, kerlap-kerlip lampu terpasang disudut jalan dan pos ronda, jangan lupakan pula spanduk ucapan yang tertulis diberbaga tempat. Sungguh menyenangkan

Kilas balik peristiwa diwartakan berbagai media. Kapan tanggal merdeka, siapa proklamator, apa arti merah putih, hafalkah isi proklamasi, atau berapa lama negeri ini dijajah adalah pertanyaan yang paling sering muncul diberbagai kuis. Lomba-lomba diadakan, dari balita sampai kakek-nenek boleh ikut. Malam tujuh belas pun dirayakan dengan meriah, ada tumpeng yang akan dimakan bersama, hiburan dari tari atau lagu tradisonal hingga musik jazz mengalun dimalam itu. 


Upacara bendera tak boleh dilewatkan, mereka yang masih bersekolah akan mengikutinya di sekolah. Bagi mereka yang sudah tua bisa mengikutinya lewat siaran televisi atau mengikuti upacara dilingkungan setempat. Detik-detik proklamasi adalah hal yang mendebarkan, merasakan bagaimana negeri ini bisa meneriakan "Merdeka" meski hanya melalui perenungan saat Indonesia Raya mengalun merdu dan kibaran bendera yang perlahan menaiki tiang. 

Ketika esok telah datang, tanggal pun berganti, segalanya akan kembali lagi. Tanggal 17 akan segera berlalu, dan bulan Agustus akan berganti menjadi September. Dan bendera-bendera akan segera diturunkan, dilipat, dan disimpan dalam sudut lemari. Tak ada lomba-lomba, malam syukuran, dan lupakan pertanyaan seputar sejarah negara ini. Akankah makna kemerdekaan pun ikut berlalu?


Nasionalisme seharusnya tidak boleh luruh begitu saja dan bangkit begitu saja. Rasa cinta terhadap negeri dan bangsa ini haruslah dipupuk sedari kecil, tak peduli itu bulan Agustus ataupun bukan. Dan bentuk nasionalisme tidak hanya terjadi di bulan Agustus, Mencintai negeri ini bisa kita lakukan dengan memakai produk lokal, menjaga dan melestarikan adat, tradisi, budaya dan bahasa daerah, menghargai sesama warga negara meski berbeda ras, suku dan agama, menjaga alam negeri ini mulai dari lingkungan kita sendiri, membantu pertumbuhan ekonomi, dan hal-hal kecil yang bisa kita lakukan.

Bila musuh nyata pejuang adalah penjajah, maka musuh kita adalah pengaruh globalisasi dan pihak luar yang ingin menghancurkan negeri ini dengan berbagai tipu muslihat. Para pejuang telah gugur dan berhasil memerdekakan negeri ini. Sementara kita masih harus terus berjuang hingga negeri makmur sentosa bisa dirasakan seluruh rakyatnya. 

Sekian dan terima kasih sudah membaca tulisan ini. 
Selamat menikmati perayaan kemerdekaan RI Ke 71 dan 
MARI KITA BERJUANG TUK MENGISI KEMERDEKAAN!!
Dari kota tercinta, dibawah gunung Slamet yang masih berdiri angkuh.


2 komentar:

  1. Hai.. salam kenal ya..
    Kunjungin juga blog saya donk buat saling sharing ilmu :)
    http://kawanunik.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga, langsung meluncur ke blog temen baru nih..

      Hapus