Kumpulan puisi saat kita menyaksikan sebuah perpisahan abadi. Kematian memang bukanlah mainan, tetapi menjadi pelajaran bagi setiap insan yang bernyawa. Karena semua pasti akan berpulang pada Sang Kuasa..
Saat Beliau Pergi
Riuh tangis mengiringi
Deras air mata membanjiri
Sesak terasa dalam dada
Rasa bergemuruh dalam jiwa
Beliau telah pergi
Dijemput Sang Malaikat Maut
Beliau telah tiada
Dihadapkan pada keabadian
Hanya tinggalkan memori bersama
Hanya tinggalkan kenangan indah
Kita hanyalah bisa berdoa
Kita hanyalah bisa berduka
Suara adzan terdengar
Mengingatkan pada kefanaan dunia
Senja telah digelar
Mengingatkan pada Kuasa Sang Rabb Illahi
15 Oktober 2014
kematian pertama ditempat kerja
Kematian yang Fana
Apakah aku mati?
Tubuhku dapat bergerak
Bisa berjalan dan makan seperi orang
Nadi jantung masih berdetak
Dapat bernafas dan berak seperti orang
Tapi, suatu waktu
Sudah kulupa tanggal dan nama hari
Hanya kuingat sinar mentari
Mulai terhalang rintik hujan dini hari
Terbangun dari mimpi buruk
Dalam belenggu dunia tidur
Sesaat jiwa belum terkumpul
Dan pandangan menjadi jauh
Pertama kusadari rasaku telah hilang
Tak kurasakan indahnya pagi hari
Saat hari mulai berganti
Makin kuyakini aku tak bisa merasakan
Tak ada tawa bila ada canda
Tak ada tangis bila ada sedih
Tak patah hati saat kekasih pergi
Tak ada malu saat ada salah
6 Desember 2014
entah dimalam yang sepi
Tak ada Jalan Kembali
Senja baru pergi
Menjejakkan gelap dibumi
Semilir angin perlahan
Menggiring malam dengan pelan
Isak tangis menyeruak
Sesal datang menghampiri
Suara teriak hingga serak
Memanggil segala memori
Ia telah pergi
Memulai jalan tanpa nama
Ia telah tak ada
Memulai jalan yang abadi
Tak terlihat lagi senyumnya
Sekarang hanya tubuhnya yang kaku
Tak terpancar tajam pandang matanya
Menyisakan raga yang mulai beku
Waktunya telah berakhir
Ruangnya berhenti berputar
Tak ada jalan kembali
Gerbang kematian telah dibuka
Senja kian menjadi
Malam kian larut sepi
Sang Rabb Pemilik Masa dan Ruanglah tempat kembali
Sang Rabb Pemilik Manusia dan Alamlah yang abadi
17 Januari 2015
kematian kedua ditempat kerja
Saksi yang Tak Abadi
Hari itu aku menjadi saksi
Meninggalkan seorang nenek tua
Penyakit umur membuatnya lupa
Pada anak cucu dan duniawi
Saat napas yang terakhir
Jiwa nenek tua telah berangkat
Saat air mata kami mengalir
Senyum nenek tua seolah terangkat
Telah dinantinya dari seminggu yang lalu
Malaikat maut adalah tamu yang ditunggu
Tuk melepaskan sgala kesakitan
Membawanya dalam keabadian
Juga pada waktu itu
Kusadari akan sesuatu
Kematian adalah akhir masa duniawi
Namun kematian juga awal yang abadi
Tuhan, tempat kami bermula
DiciptakanNya kami dengan tujuan mulia
Tuhan, tempat kami berpulang jua
Dengan segala amal dan dosa
7 Februari 2015
disaat hari orang berisitirahat sejenak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar