Jumat, 19 September 2014

Mengenang Keberanian Yang Berlalu

Dua tahun lalu, semangat itu begitu membara, impian itu begitu terlihat didepan mata. Langkah terasa sangat ringan, tanpa beban pikiran yang terus menghantui. Namun, kini semangat itu menguap, seakan embun yang terbakar sinar mentari.
Sebuah perjalanan penuh keberanian, keyakinan dan harapan. Berawal dari Jogja yang masih bernuansa tradisi namun telah berbaur dengan ribuan alat modern dan ratusan jenis suku.
 
Perjalanan panjang melintas kota dan laut, menaiki gerbong kereta, bus dan kapal laut. Perjalanan darat menempuh hari dan malam, berbaur dengan udara kemarau yang panas dan dingin.
 
Lombok, Mataram, Senggingi, Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air adalah sejumput pesono nusantara yang dapat kujelajahi. Dititik ini aku tersadar, bahwa negara ini sangatlah mempesona, kaya akan alam yang memukau, kaya akan budaya yang mengakar, kaya akan kuliner yang menggugah selera. Sayang seribu sayang masalah dan kondisi negara ini terlalu rumit tuk diselesaikan dalam waktu yang singkat. Sangat mudah dan singkat untuk membalikkan telapak tangan, tetapi untuk mengatasi masalah yang menutupi keindahan negeri ini tidak lah sesingkat itu.
 
Terima kasih terucap kepada kawan-kawan pendaki gunung Rinjani, bersama mereka saya berhasil melintasi pulau Dewata tuk pertama kalinya.
Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman asli dari Lombok dan Mataram yang tak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas arah dan kebaikan dari kalian pada pengembara yang tersasar ini. Atas tumpangan tidur gratis, keliling Lombok, dan petunjuk arah yang benar. 
 
 
Sebuah kenangan memang tak bisa dihapuskan, hanya akan terlupakan. Berada ditumpuk terbawah, tertutup oleh kenangan-kenangan yang lain. Demikian pula akan perjalanan ini. Suatu saat semoga saja bisa mengulangnya kembali, Kembali pada Gili Meno, Gili Trawangan, dan Mataram...
Dan kata terakhir.. 
SAYA RINDU BACKPACKERAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar